Aku pada pembaringanMu
usai bintang dan bulan tertidur pulas
Terdengar jerit tangis perasaan teramat dalam
Di balik kerlingan mata air
Rinainya tak berpendar dari peraduan
Kau yang selalu dituju abdullah
Padamu, semua munajat Cinta terlantunkan
Dari mulut pendosa,
Lidah para penista,
Bibir para pezinah,
Tak mengapa, semua:
Kau beri nikmat tiada ku ketahui.
Aku, abdullah
Tidak setabah Kholil dalam mengikuti semua inginmu
Tidak sepandai Hasyim dalam bersyair memujamu
Tiada pula seagung mereka kekasihmu
Aku, abdullah
Terlahir dari darah jelata
Melata hidup terus usaha menata
Biarkan semua berjalan pada arakNya
Aku, Abdullah
Tiada cintaku seperti dia, Rabiyah
Tiada kasihku layaknya penarimu, Rumi
Tiada keramahanku melebihi kekasihmu Rasulullah.
Aku, abdullah
Munajat cintaku yang tergulung tasbih
Masih menggelantung pada batas-batas
Maka biarkan semua itu terus bersyair padamu
Aku, abdullah
Tiada abadi untuk kekelanmu selamanya.
Ambon, 2019
Tanah Beta