Oleh: Adam Makatita
"Indonesia akan bubar di tahun 2030"Prabowo Subianto.
Angin berhembus begitu kencang, debu-debu pinggiran kota tertiup dan bertebaran---berhamburan tak tentu arah, tersapu, dan tidak menutup kemungkinan; kaum bedebah jalanan terasingkan kerana sapuan badai itu. Kabar tentang kematian itu terendus---terdengar sampai ke negeri terpencil di bagian barat, dan kini telah menggema dan merambat sampai ke timur tanah ibu.
Bahkan kegeraman yang tampak dari wajah-wajah orang beriman semakin menjadi amukan ganas terhadap sebuah isu yang sengaja dihidupkan untuk mendatangkan kematian semakin dekat dengan kehidupan yang penuh hiruk-pikuk di tanah ibu. Seperti biji-bijian---mulai berkecambah, merambat dan tumbuh di tanah gersang, telah dipenuhi air; tampak seperti tanah lumpur. Lalu kabar kematian itu, kini bertengger di telinga orang-orang timur tanah ibu. Syariat yang sekian rartusan, bahkan ribuan tahun dirawat, terlihat seperti sampah tak ternilai; dicaci seperti manusia hina yang berperilaku tidak beradap sedikit pun.
Aku yang sedang mengenang kepergain nenek tua bersari konde, dan Saya yang mati akibat kecelakaan tragis menimpanya, kini tertegun memikirkan kematian-kematian yang datang menemui tanah ini. Sudah terlalu sering kematian itu menjadi nyanyian para korporat asing atas klaim yang telah diberlakukan pada negeri rimba dan samudera ini. Apakah akan ada penghabisan setiap nyawa seperti di zaman penjajahan dahulu?
Ahhh lebih baik berjuang seperti Mahatma Ghandi, yang selalu mempertahankan harga diri tanahnya walau tanpa balasan kekerasan yang ia ciptakan, sekalipun tubuhnya berlumuran darah akibat dihantam para penjajah inggris yang datang menggeregoti tanahnya---dia tidak melawan.
Di depan pintu Rumah Sakit Kenangan, semua itu Aku pikirkan. Lalu, perlahan rasa takut datang menyetubuhi Aku. Saat itu, bayangan percakapan dengan Saya, datang kembali dan menjelajahi alam pikir Aku.
"hai"
"Saya"
"iya, Saya"
...