Covid-19 kemarin menjadi hal paling mengerikan bagi dunia kesehatan abad ini. Ditetapkan oleh organisasi kesehatan dunia (who) bahwa covid-19 menjadi wabah paling berdampak pada seluruh aspek kehidupan abad ini.
Pemutusan rantai penyebaran virus dilakukan pemerintah dengan berbagai macam upaya kala itu. Semua sektor kehidupan di berhentikan secara serempak, perdagangan, pariwisata sampai pendidikan pun dibatasi oleh pemerintah. Pemerintah memberi alternatif lain, agar beberapa sektor kehidupan tetap berjalan, terutama pendidikan.
Sistem daring atau dapat disebut dengan e-learning yang diterapkan kala itu untuk seluruh jenjang pendidikan. Sistem belajar e-learning ini bertujuan agar proses belajar mengajar tetap berlanjut, dimana setiap siswa maupun mahasiswa diwajibkan menggunakan perangkat seluler yang mendukung untuk pembelajaran dengan sistem daring.
Zoom meeting, google meet, whatsapp grup, microsoft teams menjadi platform yang sudah akrab digunakan berkomunikasi dan berkolaborasi. Namun dibalik fleksibilitas yang ditawarkan, kemudahan berinteraksi baik formal maupun non formal yang belum pernah terjadi sebelumnya, munculah fenomena yang dikenal sebagai "zoom fatigue", yaitu kelelahan akibat terlalu sering atau terlalu lama dengan rapat virtual. (arnidhya.NZ , 2021)
Kebiasaan dahulu yang telah terjadi selama lebih dari setahun, membuat manusia ketagihan dengan efisien yang ditawarkan teknologi alternatif di massa covid-19. Kegiatan rapat virtual masih banyak digunakan hingga masa kini. Teknologi komunikasi daring di tawarkan di berbagai platform tersebut mampu menembus jarak dan perbedaan waktu di berbagai dunia.
Sudah hampir empat tahun lamanya budaya rapat virtual digunakan hingga kini. Lambat laun yang tadinya ingin membuat efisien waktu dan meminimalisir jarak, malah menjadi bumerang bagi pengguna nya. Kejenuhan mulai melanda, rasa bosan dan stress yang dialami kian mempengaruhi kinerja manusia.
Bukan hanya lelah dengan menatap layar selama satu jam dua jam, fenomena ini juga disebabkan oleh video conference. Mengacu pada stress, rasa bosan yang sangat dahsyat, dan kelelahan mental yang sering dialami pengguna platform rapat virtual.
Interaksi virtual dapat meningkatkan tingkat kecemasan dan mengurangi kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi. Kehadiran nyata seperti dalam rapat tradisional menawarkan nuansa sosial dan interaksi secara langsung, lebih tepatnya interaksi non verbal yang tidak dapat terjadi di layar laptop ataupun ponsel.
Zoom fatigue juga mempengaruhi dinamika dalam kerja tim dan organisasi. Rapat yang dilakukan semakin sering, dengan gaya virtual yang sudah dianggap membosankan menciptakan siklus dimana peserta merasa tertekan, terjebak dalam rutinitas digital yang melelahkan. Kurang nya batasan waktu, otak yang diharuskan untuk multitasking, dan tekanan yang mengharuskan untuk selalu dalam keadaan siap di depan kamera juga mempengaruhi situasi.
Zoom fatigue adalah kondisi kelelahan fisik maupun mental, diakibatkan oleh seringnya video conference. Dapat juga diartikan yang disebabkan oleh komputer bisa disebut computer mediated communication (CMC).
Kelelahan akibat komputer atau akibat terlalu lama screen time ini dapat dikategorikan zoom fatigue apabila seseorang memiliki kegiatan dengan menggunakan platform video conference setidak nya sekali dalam sehari dalam waktu yang lama. Istilah zoom fatigue ini diambil dari platform konferensi video zoom merupakan platform yang paling banyak digunakan kala itu.