Lihat ke Halaman Asli

Dua Sahabat #cerpen

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Setiap hari Sutejo mengayuh sepeda usangnya ke kesekolah. Ibunya tak mampu membelikan sepeda yang lebih bagus dari itu. Ayahnya telah tiada dan sepeda itulah salah satu warisannya yang berharga.

Sepulang sekolah Sutejo menjual es appolo. Ia beroperasi di desa-desa karena di kota terlalu banyak saingannya. Sedang di desa belum ada penjual es macam dia. Lagi pula di desa ia dapat melihat pemandangan alam dan menghirup uara segar. Sore-sore ia pulang dan malamnya belajar sperti biasa.

Pagi itu Beni, teman sekelasnya mendekatinya. Tejo merasa aneh. Tidak biasa Beni, temanya yang kaya itu bebrbicara dengannya. Biasanya ia hanya bergaul dengan anak-anak yang berpakaian bagus saja.

"Jo, nanti join ya ?" katanya kepada Sutejo.

"Join? Apa?" tanya Tejo.

"Eggak tahu join?"

"Tahu sih tahu, tapi join bagaimana yang kau maksud?"

"Ya join biasa. Kerja sama dah, saling menenggang."

"Iya, tapi join dalam hal apa?"

"Alaaah, nanti kita kan ulangan ilmu bumi. Nah, kau beri tahu aku untuk setiap soal yang aku tak tahu!"

Sutejo memang tergolong muridyang pandai di kelasnya, meskipun bukan terpandai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline