Lihat ke Halaman Asli

Menembus Batas Bersama Mistergrid

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_164894" align="alignleft" width="300" caption="Kekaguman pada kupu-kupu mendorong mistergrid memilihnya sebagai simbol diri."][/caption]

‘Kita adalah apa yang selalu kita perbuat. Andaikata sempurna, itu bukanlah sebuah prestasi, melainkan karena kebiasaan saja.’ (Aristoteles)

Mistergrid mengutip pemikiran itu di awal pertemuan dalam workshop desainer grafika di tempat kerjaku kemarin. Menurutnya, ini upaya yang dia tempuh untuk menetralkan penilaian orang terhadap dirinya. Ya, reputasi mistergrid sebagai praktisi dan pemerhati desain grafika memang tidak perlu diragukan. Karena pemikiran tersebut, aku salut dengan sikap rendah hati yang ditunjukkannya.

Alhamdulillah, aku berkesempatan mengantar mistergrid singgah di Solo. Dia perlu menjenguk sang ibu yang sekarang tinggal sendiri di sana. Dari percakapan selama perjalanan tersebut, ada beberapa hal yang membekas di hatiku.

Waktu milik ALLAH. Jangan main-main dengan waktu

Ungkapan tersebut disampaikan mistergrid ketika obrolan kami menyangkut masalah umur. Umur beliau hampir 60 tahun sementara umurku baru separuhnya. Namun dalam rentang waktu itu, mistergrid berusaha mengisinya dengan kebajikan. Banyak karya yang sudah diperbuat. Menurut pemahamannya, kita akan rugi jika tidak mengisi waktu dengan kerja yang bermanfaat bagi diri dan sesama.

Berbagilah ilmu karena kita akan mendapat balasan yang luar biasa besarnya

Sebagian orang merasa rugi jika ilmu yang dimiliki ditularkan pada orang lain. ini disebabkan karena dia merasa rugi seandainya orang lain mendapatkan manfaat besar dari ilmu tersebut. Nah, berkaca dari perjalanan hidupnya, mistergrid mematahkan pemikiran tadi. menurutnya, kita justru akan mendapatkan keuntungan besar dari aktivitas berbagi ilmu. Rejeki dari ALLAH akan datang melalui jalan yang tidak terduga.

Cobalah mendengarkan tangisan perut

Tubuh sehat menjadi salah satu syarat supaya bisa bekerja dengan optimal. Tanpa kesehatan tubuh, mustahil kita bisa membuat karya yang baik. Menurut mistergrid, jika ada orang yang pekerjaannya tidak beres, dia perlu introspeksi tentang kualitas makanan yang dinikmatinya. Dari sini dia menandaskan perlunya punya memampuan mendengarkan tangisan perut. Bagaimana caranya? Makanlah makanan yang bergizi dalam porsi yang seimbang. Jangan tinggalkan sarapan pagi supaya tubuh punya cukup energi untuk berkarya. Namun jangan makan malam terlalu banyak supaya perut tidak bekerja terlalu berat. Selain itu, berpuasa sunah perlu kita lakukan.

Bekerjalah dengan hati

Suatu karya yang baik akan memancarkan aura. Untuk membuat karya beraura baik, kita perlu memiliki niat yang benar dalam bekerja. niat tersebut akan menjaga keseimbangan otak kanan dan otak kiri kita. Dari sini kita termotivasi untuk tidak bekerja secara asal-asalan. Dalam dunia kreatif, kecemerlangan pemikiran perlu diasah. Caranya dengan rutin sholat tahajjud bagi seorang muslim. Niscaya kita akan mendapat bimbingan langsung dari ALLAH dalam bekerja sehingga bisa tercipta karya yang memancarkan aura positif.

Perjalanan satu jam menembus hujan lebat bersama mistergrid memberi nuansa baru dalam jiwaku. Di ujung pertemuan, mistergrid memberiku cenderamata. Sebuah majalah ‘printpack Indonesia’ dengan pesan bertulisan tangan: Buat Mas Tammi. Hidup ini indah. Nikmatilah.’ –mistergrid-

Terima kasih Bapak R. Didiet Chris Prawirokusumo (mistergrid) atas nasihatnya yang sangat berharga. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline