Lihat ke Halaman Asli

Bermodalkan YouTube, Pak Ali Menjadi Petani Tiram Sukses

Diperbarui: 10 Maret 2019   18:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar1 Ali Sofyan , Rumah Budidaya Jamur Tiram di Kampung Salagombong, Desa Cicantayan, Kabupaten Sukabumi

CICANTAYAN, SUKABUMI-Tidak asing lagi dengan aplikasi YouTube bukan? Akan sangat bermanfaat apabila YouTube dipakai dengan hal-hal yang positif sampai bisa menghasilkan pundi pundi rupiah seperti Pak Ali Sofyan, warga Kampung Salagombong RT 02/04, Desa Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. 

Bersama dengan sang istri, Pak Ali mencoba berwirausaha dengan memanfaatkan fasilitas yang ada dirumahnya. Uniknya, inspirasi untuk menjadi petani jamur rumahan bermula dari anak laki-laki pertamanya yang sangat menyukai jamur krispi. Anaknya tersebut bisa menghabiskan jamur krispi satu kilo gram (kg) per hari.

Tanpa dasar atau ilmu yang beliau miliki, Pak Ali berniat untuk berwirausaha jamur tiram. Bermodalkan tutorial pembudidayaan jamur tiram dan proses pembuatannya hanya dari YouTube. Pak Ali dan istri bertekad untuk mempraktikan dan langsung membuka usaha.

Meskipun modal awal yang dimiliki tidak seberapa, tapi beliau berharap percobaan pertamanya akan berhasil seperti apa yang dibayangkan. Pak Ali dan istri merintis dari nol dan dimulai dengan membeli bahan-bahan pokok membuat jamur tiram. Sebagian bahan beliau dapatkan dari tetangga.

"Membuat jamur tiram salah satunya menggunakan serbuk gergaji, saya dapat kan itu dari tetangga pekerja gesek, dari pada limbahnya menjadi sampah lebih baik saya manfaatkan untuk menjadi media tanam jamur," ucapnya.

Tidak hanya serbuk gergaji, Pak Ali juga mencapurkannya dengan dedak 15 kg ditambah dengan jagung giling 2 kg dan kapur bangunan sekitar 2 kg. setelah itu barulah tahap pengepresan.

Alat yang digunakan juga terbilang masih manual seperti penggunaan botol serta mengkukus baglok menggunakan drum besar selama 8 jam. Selanjutnya yaitu proses inakulasi, yaitu mencampurkan bibit jamur f2 dan proses inkubasi selama 40 hari. Baru kemudian masuk ketahap kumbung selama lima sampai enam hari.

lalu baglok yang sudah siap akan dipindahkan keruang tanam atau pembudidayaan. Barulah nanti jamur akan tumbuh setiap satu hari. Baglok tersebut harus disiram satu sampai dua kali sehari. Namun, apabila cuaca dingin atau hujan biasanya tidak perlu disiram karena baglok membutuhkan suhu yang lembab agar jamur bisa tumbuh.  

Usahanya kini telah berjalan selama kurang lebih satu tahun. "Alhamdullilah saya saat ini sudah ada 7000 baglok untuk menghasilkan jamur tiram yang dipanen setiap hari," ucapnya kembali. Setiap panen iaj ual dengan harga Rp.12.000-, per kilo gram (kg) kepada pedagang di pasar.

Omset yang beliau terima sesuai dengan jumlah jamur tiram yang beliau jual setiap hari. Pak Ali dan istri berharap agar usahanya kini semakin maju lagi kedepannya dan bisa membeli peralatan yang lebih modern.

Bermodalkan YouTube saja Pak Ali kini menjadi petani jamur tiram sukses. "Gunakan fasilitas yang ada, jangan pernah menyerah untuk mencoba karena kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda" ucapnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline