Saya menarik nafas panjang berulang kali, ketika akhirnya saya harus menyampaikan pandangan melalui tulisan ini. Apa yang hendak saya sampaikan tentu akan lepas dari riak perseteruan tampuk kepemimpinan partai Demokrat.
Sangat disayangkan, perpecahan partai politik berlambang bintang mercy itu justru terjadi di tengah masa pendemi yang belum sepenuhnya teratasi. Sebagai perempuan yang kini dalam posisi menjadi emak-emak, kisruh di internal partai ini jelas menggangu dan mengancam munculnya dualisme "ghibah" diantara kaum emak itu sendiri. Yakin saya berkata, antara Pak Moeldoko Ataupun AHY masing-masing memiliki potensi massa dari kalangan emak-emak.
Siapapun pasti tidak akan berharap, akan muncul episode kisruh antar emak dari kedua pihak jika perseteruan politik diantara keduanya tidak lekas berakhir damai.
Jauh sebelum kemunculan istilah kudeta politik oleh Pak Moel atas kepemimpinan AHY, Saya kurang begitu mengamati sepak terjang Jenderal yang menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan. Meski konon Pak Moeldoko adalah salah satu orang dekat Jokowi, namun dengan posisinya sekarang ini sepatutnya pak Moel muncul sebagai sosok negarawan.
Posisinya semata dengan tulus bakti mensupport kerja-kinerja Presiden & Wakil Presiden. Dalam pandangan saya, kurang elok manakala tiba-tiba pak Moel muncul menghunus keris.
Bak raja jaman dahulu sekedar untuk merebut tahta kepemimpinan partai politik di Medan Kuru Seta. Dua Putera terbaik yang berasal dari Jawa Timur tengah berseteru politik.
Haruskah ia kembali memainkan jalan cerita terbelahnya Kerajaan Medangkamulan yang tertuang dalam kitab Barathayuda Karya Empu Sedah dan Empu Panuluh. Ya, AHY dan Moeldoko anggaplah merupakan dua pihak yang masih keturunan Raja Airlangga.
Namun bukan berarti dalam hal ini kita menganggap SBY sebagai Airlangga. Kalau pun harus demikian, toh ini hanya sekedar ilustrasi atau gambaran imajiner belaka.
Kok ndilalah mereka yang terlibat dalam kisruh kudeta politik Demokrat merupakan putera-putera terbaik dari Jawa Timur. Maka tak ada salahnya menelusuri benang merah apa dibalik cerita yang ada.
Bukan sebuah kebetulan saya pernah tinggal di wilayah Kediri. Tempat dimana Pak Moeldoko lahir, bahkan menorehkan jejak kemegahan Masjid Dr H Moeldoko- lengkap dengan Islamic Centre yang terletak di Desa Kayen - Bandar Kedungmulyo Perbatasan antara Jombang- Kediri. Tak Jauh dari Desa Pesing - Purwoasri - Kediri yang merupakan kampung halaman Pak Moel.
Berdasarkan penelusuran digital, Masjid itu dibangun Moeldoko semasa ia menjabat sebagai Panglima TNI. Sungguh Hal yang sangat membahagiakan bagi Moeldoko. pada 30 Agustus 2013 pelantikan dirinya menjadi Panglima TNI dilakukan oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang kala itu masih berstatus Presiden RI. Moeldoko adalah orang terpilih dimata pemimpinan SBY.