Sejak berhenti bekerja secara formal awal tahun 2015, praktis menulis adalah pekerjaan idaman yang tengah saya lakoni. Meski terkadang saya kerap menjalani freelance event yang menjadi penyeimbang antara gerak fikiran dan gerak badan.
Tak pernah membayangkan wabah Corona sedemikian masifnya membuat jarak sosial sebagai sebuah prosedur memutus mata rantai penyebaran.Satu persatu sistem yang ada baik itu sosial, ekonomi,hingga religi pun sepakat memberlakukan hal yang sama.
Beredar istilah Social Distancing, Work from home,, Stay at home, stay safe dan banyak lainnya yang pada intinya membatasi kita untuk bertemu langsung, terlebih berkumpul lebih dari 3 orang hingga skala besar. Tegas, PSBB diberlakukan hingga perpanjangan waktu yang terus menyesuaikan keadaan. Mereka yang berkerja di kantoran pun terkena imbas dari pendemi ini.
Sebagai emak milenial, ibu rumah tangga melek digital saya bukan tipe yang suka ngerumpi. Alhasil, tak ada satupun grup berbasis WA atau sosial media lainnya yang menjadikan saya sebagai pekerja gosip.
Hingga tiba pada suatu hari, WA Grup yang sudah berumur 1 tahun dalam hitungan kalender Hijriah (dibentuk puasa tahun 2019) dengan foto profilnya bertuliskan THR menjadi ajang bisik-bisik beberapa Kompasianers yang setia dan berkomitmen penuh untuk saling support.
"Tahun ini kok ga ada THR lagi ya" muncul chat WA dari Kompasianers Surabaya,
"Wah iya nih, kok sepi ya..sayang banget" disusul komentar dari Kompasiner Malang
Saya pun ikut meramaikan Chat WA grup tersebut. Semua terkena imbas Corona, begitu intinya. Penasaran dengan ajang tahunan bergengsi dimana mereka yang bergelut memahat karya di Kompasiana ,ditantang untuk konsisten menulis selama sebulan penuh dengan aneka tema yang ditentukan, saya pun melanjutkan pertanyaan WAG sebelah ke WAG yang berisi para penjaga gawang dunia digital bernama Kompasiana.
Lontaran pertanyaan saya direspon cepat oleh salah satu admin berbadan bongsor
"Masih semangat gag nihh?" Begitu tantangnya