Hari gini masa sih ada yang masih gak bisa menulis?. Menulis surat, puisi, curahan hati, lama-lama menulis sebuah peristiwa yang ada di sekitar kita. Selanjutnya menulis apa saja menjadi sebuah karya.
Menulis itu gampang, tapi tidak bisa dibuat gampangan apalagi serampangan.Lantas, apa saja yang dibutuhkan agar kita piawai dalam menulis? Sebagai penulis amatiran, saya butuh banyak "rangsangan" alias stimulus positif yang bisa mendorong semangat dan kemampuan saya untuk mulai menulis.
Pada dasarnya siapapun kita bisa menulis. Baca saja timeline Facebook, tiap hari begitu banyak berbagai tulisan dari yang pendek hingga yang panjang. Dari mulai tausiah duda, curhat ala emak-emak milenials, status alay mereka yang lagi kasmaran atau hujatan kritik politik para netizen.
Kendala rasa percaya diri untuk mulai menulis sebuah tulisan yang dibaca banyak orang yang kadang-kadang belum tersematkan pada tiap orang . Itulah kenapa perlu stimulus dari orang-orang yang memberi Stimulan untuk menulis.
Berkumpul bersama mereka yang piawai dalam menulis menjadi salah satu stimulus yang mengasyikkan. Apalagi jika kumpul-kumpulnya dalam bentuk pelatihan menulis. Pastinya W-O-W banget. Terlebih bukan acara berbayar dengan fasilitas menginap di Graha Wisata Taman Mini Indonesia Indah Jakarta.
Selama pelatihan, tak hanya materi tentang tulisan yang diberikan, namun juga suasarab keakraban dan penuh kekeluargan. Bonus mencicip makanan khas daerah pun menjadi momen yang tak terlupakan. Sekotak kue balok Bandung turut membuat pelatihan menulis kian terasa manis
Bersyukur mengenal sosok-sosok yang tergabung dalam Persatuan Penulis Indonesia (PPI) berkolaborasi dengan salah satu komunitas Kompasianers. Merekalah yang kerap memecut semangat untuk menulis.
Wajar jika dari siang hingga malam ini,saya bersama puluhan orang dari berbagai latar belakang, tanpa sekat profesi, lintas generasi, hingga lintas Propinsi (DKI Jakarta, Banten-Jawa Barat) berkumpul untuk melatih diri dalam menulis.
Sebut saja Pak Nur Terbit yang seorang Advokad beserta istrinya seorang guru Pak Dian Kelana seorang Fotografer, Teh Erni Wardhana dari Cianjur yang juga guru. Tak kalah mereka para milenials yang aktif sebagai digitalpreuner si UwanUrwan, Bowo , hingga Bang Doels yang kadang terlihat diantara para pamong praja.Sssstt..ada juga 5 dara mojang Priangan datang dari Bandung. Aktifis lingkungan Ibu Maria G.Soemitro, Bunda Intan beserta rombongan.
Itulah kenapa saya menyebut siapapun bisa menulis. Hanya butuh rangsangan saja. Maka pandai-pandailah memilih stimulus agar kita terasah dan terampil menjadi penulis. Hmmm kira-kira seperti saya inilah. Meski belum menghasilkan karya berupa buku yang mengukir nama saya sebagai pengarangnya, setidaknya ini contoh kecil tulisan saya.