Indonesia negara paling majemuk dalam urusan keyakinan umat beragama. Enam agama dengan penghormatan kepada aliran kepercayaan/penghayat menjadi ruang yang sarat makna. Itulah hakikat bhineka tunggal ika yang sesungguhnya. Bukan untuk saling menisbikan. Dimana mayoritas berhak mengesampingkan yang minoritas. Begitupun sebaliknya saat minoritas merasa bahwa keberadaan mereka yang mayoritas mencadi ancaman dan tak mampu memberi ruang untuk hidup berdampingan.
Perbedaan itu sudah menjadi ketetapan Tuhan atas tiap umat manusia. Termasuk di dalamnya terkait beda agama dan keyakinan. Sebuah anugerah keimanan tersendiri yang tidak dapat begitu saja diintervensi. Terlebih dibenturkan satu sama lain. Berbeda itu indah, dan sudah menjadi fitrah manusia. Jika kita mau sedikit merenung, alangkah mudahnya Tuhan memberi ketetapan atas umat manusia di dunia dengan 1 keyakinan/agama saja. Nemun Tuhan alangkah jauh dari sifat egois.
Dibiarkannya umat manusia hidup dengan berbeda pandangan, cara hidup hingga cara mereka menyembah dan beribadah. Lantas, apakah sebagai manusia biasa, kita maish akan memaksakan kehendak dan keadaan bahwa semua umat manusia harus berada dalam 1 naungan agaman tertentu saja? Alangkah lucunya, sebab Kuasa Tuhan saja tidak demikian.
Hal itu terbukti bahwa Ramadan tahun 2019 ini tidak hanya menjadi milik umat Islam saja. Dalam ramadan kali ini, terdapat perayaan Hari suci umat beragama lain, yakni hari Tri Suci Waisak bagi umat Budha, dan Hari kenaikan Isa Al masih bagi umat Kristiani. Ini sebuah kode yang Tuhan berikan bahwa Bulan suci ramadan didampingkan dengan begitu indahnya dengan dua hari suci dari dua agama yang berbeda. Keindahan yang Tuhan ciptakan diantara perbedaan itupun sungguh tak terbantahkan.
Minggu 19 Mei 2019 merupakan Momentuk hari suci Waisak bagi umat Budha, dan itu bersamaan dengan umat Islam memasuki pertengahan Ramadan. Kini ketika umat Islam tengah khusuk beribadah di 10 hari terakhir bulan ramadan seiring dengan datangnya malam Lailatur Qadar, Tuhan membarenginya dengan peringatan Kenaikan Isa Almasih yang dirayaka oleh umat Kristiani di tanggal 30 Mei 2019.
Takdir yang indah atas keberagaman itu nyata-nyata Tuhan tunjukkan di bulan penuh berkah Ramadan tahun ini. Dua minggu umat Islam berpuasa , menyusul umat Budha merayakan khidmat Waisak, dan seminggu berikutnya bak digenapkan menjadi Trilogi perayaan umat beragama melalui datangnya Kenaikan Isa Almasih yang diyakini oleh umat Kristen. Keindahan perayaan antar umat beragama mana lagi yang mampu kita dustakan?
Dari sisi humanisme, Minggu pertama di bulan puasa, viral seorang perempuan muda yang baik hati memesankan menu berbuka di resto ternama bagi pengemudi ojek online. Notabene pemesan adalah seorang katholik. Keindahan keberagaman dari sudut ini sungguh tidak bisa disanggah lagi. Atau lihat saja saat Vihara menyediakan menu takjil dan makanan berbuka bagi mereka yang menjalankan Ibadah puasa? Inilah sejatinya keberagaman di Indonesia yang luar biasa.
Nilai persaudaraan, gotong royong dan persatuan tanpa mengenal celah perbedaan keyakinan/agama menjadi hal yang patut kita jaga sampai kapanpun juga. Jangan sampai indahnya keberagaman ibadah antar umat beragama ini begitu mudah untuk dinodai justru oleh keegoisan kita dalam mengedepankan kepentingan sesaat yang justru merugikan banyak pihak.
Kepada saudaraku sebangsa dan setanah air, selamat memperingati Hari Kenaikan Isa Almasih. Meski momen Perayaan Hari Suci Waisak telah lewat, namun kebersamaan itu terjalin dalam jiwa dan semangat welas asih sebagai bentuk ajaran Sang Budha yang memberi terang dalam hidup manusia. Demikian pun bagi kita yang masih berpuasa selama berapa hari kedepan, mari kita beribadah di bulan suci Ramadan dengan khusyuk dan penuh toleransi antar umat beragama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H