Lihat ke Halaman Asli

Tamita Wibisono

TERVERIFIKASI

Creativepreuner

Mencicipi Kentang Ngadas dengan Rasa dan Suasana yang Berkelas

Diperbarui: 11 April 2019   21:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber : AntaraFoto.com

Siapa yang tidak kenal dengan kentang? Jenis umbi yang kerap disebut juga dalam kelompok sayuran. Lebih tepatnya jenis umbi yang kerap dimasak bersama sayur lainnya. Sebut saja sayur sop.

Sop tanpa potongan kentang bagi saya serasa ada yang kurang. Kentang dapat juga dibuat aneka lauk pendamping meski butuh tambahan protein. Sejatinya kentang masuk dalam bahan makanan yang mengandung karbohidrat. 

Yakin saya, hampir semua dari kita pernah bahkan kerap mengkonsumsi kentang dalam bentuk aneka olahan. Di zaman kekinian, kentang menjadi bahan olahan yang kerap ditawarkan oleh resto modern sebagai menu camilan. 

Fried fries, potongan kentang berbentuk stik memanjang, rasanya pasti sudah tidak asing. Ya, jajanan yang terbuat dari kentang bisa dinikmati oleh segala usia. Bahkan segala strata.

Sebuah pengalaman berharga bagi saya singgah di lereng Gunung Bromo. Bersama rekan kompasianer juga tentunya. Saya diajak mengunjungi Ngadas yang menjadi salah satu desa adat suku Tengger di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. 

Desa Ngadas masuk dalam wilayah Kabupaten Malang lebih spesifiknya di Kecamatan Ponco Kusumo.  Desa yang kerap diselimuti kabut ini berada di ketinggian lebih dari 2000 mdpl (di atas permukaan air laut). 

Suhu udara di sana relatif dingin, namun jangan khawatir, sebab tidak akan membuat kita menggigil. Hal itu diakibatkan oleh hangatnya sambutan warga Tengger kepada setiap pendatang yang singgah di desa mereka.

Seperti halnya saat siang itu kami tiba. Sebagian warga Ngadas yang tengah melakukan ibadah di Vihara Paramitha bersuka cita menyambut kami dengan hidangan khas mereka. Kentang kukus salah satunya.

Kentang Ngadas dihidangkan utuh dengan kulitnya. Terlihat bersih meski tidak dikupas. Kami menikmati sajian Kentang Ngadas sembari bercengkerama dengan warga dan pemuka agama selepas mereka selesai Ibadah.

Saya pun tak ragu untuk menyantap Kentang Ngadas beserta kulitnya, tanpa dikupas. Gigitan pertama begitu menggoda, karena kulit kentang tak begitu menyatu dengan dagingnya saat saya kunyah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline