Sudah Bukan rahasia umum, dalam perjalanan proses peralihan tampuk kepemimpinan nasional sempat terjadi dikotomi sipil militer. Sengaja atau tidak, suka maupun tidak suka, latar belakang calon pemimpin nasional dalam hal ini Presiden kerap kali dikaitkan dengan dua sistem sosial yang jelas berbeda.
Beruntung, negara kita memegang teguh nilai kebhinekaan. lambat laun dikotomi sipil-militer tidak cukup relevan terlebih signifikan dalam menentukan siapa yang paling berhak memperoleh tongkat estafet kepemimpinan.
Sesuai dengan salah satu tema debat calon Presiden keempat akhir pekan lalu, Ideologi menjadi unsur vital yang harus diterapkan dalam berbagai sektor kehidupan. Dalam kaitannya denganPemerintahan, Keamanan, dan hubungan Internasional, dikotomi tersebut kian absurd adanya.
Posisi Presiden dengan dengan sendirinya akan menjadi Panglima tertinggi militer suatu negara meski ia berasal dari kalanga sipil. Begitupun, seorang Presiden dari kalangan militer harus mampu mengayomi warga sipil sebagai bagian dari pengejawantahan kepemimpinan yang ideologis.
Banyak hal menarik dalam debat keempat capres. Kedua kandidat presiden baik capres 01 maupun 02 merupakan representasi dari sipil- militer. Jokowi jelas 100 % sipil. Dalam beberapa kinerja lapangannya , Jokowi mampu menunjukkan dedikasi layaknya militer yang sedang manunggal dengan rakyat. Bisa dilihat saat Jokowi blusukan ke desa-desa menyapa warga. Jokowi tak segan-segan untuk turun langsung tanpa melihat gap sosial , budaya terlebih status jabatan yang diembannya.
Berbeda halnya dengan Prabowo. Latar belakangnya tidak utuh mengantarnya hingga ke tampuk pimpinan puncak dalam karier militer. Sebuah noktah merah menjadi tanda Prabowo diberhentikan dari lingkar militer.
Prabowo kini tidak bisa pula disebut sebagai representasi dari kalangan militer. Meski demikian, dalam kesehariannya Prabowo masih kerap terlihat menyerupai pribadi yang militeristik. Prabowo melontarkan sebuah kalimat yang membuat semua penonton terperangah. Bahwa dia merasa lebih TNI dari banyak TNI.
Prabowo seperti sedang meratapi nasibnya yang kini tak lagi berada di lingkar militer. Semangat militerismenya nyaris tak terbendung dan meluap dalam kalimat "saya lebih TNI dari banyak TNI". Mantan menantu Soeharto ini seakan lupa bahwa banyak prajurit TNI yang gugur di medan tugas, dan tak sepatah katapun terucap bahwa pengabdian merekalah yang memiliki posisi lebih di jajaran TNI.
Meski capres 02 mengaku menguasai teknologi perang hingga jarak peluru kendali, dalam debat keempat Prabowo nyata-nyata lepas kendali. Tak segan ia ingin begitu "menguliti" sistem militer yang pernah membesarkannya.
Meski semua juga tahu, besarnya Prabowo dalam militer kala itu tak lepas dari posisinya kekuasaan mertuanya. Apa yang dilontarkan Prabowo dalam debat keempat terkait kondisi pertahanan keamanan memberi gambaran betapa apatis terhadap keluarga besar TNI itu sendiri.