Wajahnya tampak putih memucat. Gelak tawa sesekali tercipta saat dia merasa ada hal yang lucu. Senyumnya tersungging tanpa ada kuyu layu yang menghantui. Ah, anak itu tetap saja terlihat menggemaskan, meski ada sakit yang sedang menggerogoti sel-sel darah merahnya. rambutnya kini tidak lagi menghias di kepalanya. Bersyukur ia tetap memiliki semangat yang luar biasa seperti apa yang terpatri dalam nama yang sangat dia sukai, Tegar Prahara.
Prahara itu, ah bukan ini bukanlah sebuah prahara hanya cobaan saja sifatnya. Bahwa kita tetap memiliki celah masuknya sebuah penyakit. Seberat apapun penyakit itu,bukankah Tuhan maha menyembuhkan jika memang Dia berkehendak?!. Menatapnya kini sangat berbeda dengan dulu. Anak lelaki yang menjadi pengeran dalam keluarga. Anak yang berjuang keras melawan Leukimia Lymphocitic Akut (ALL). Terekam dalam ingatan pagi itu kisaran 3 tahun yang lalu.
"Pak....!!!Tegar mimisan lagi" teriaknya sembari memegang hidung dengan tanganya yang telah berlumuran darah
"sini lekas dibersihkan, setelah itu tidur siang jangan main di luar dulu ya" pintanya sebagai bapak sembari membersihkan darah yang berasal dari lubang hidungnya
Tiap kali kelelahan bermain, hidung Tegar selalu mimisan. Awalnya semua mengira itu hal wajar yang biasa dialami anak-anak usia 4 tahun. Namun waktu itu kerap kali mimisan datang disertai dengan demam tinggi dan badan yang semakin melemah.
"Dibawa kerumah sakit saja Pak, biar tahu pasti ada gejala apa kok tiap kali mimisan begini" suara istri terdengar menahan tangis melihat anak kami Tegar tampak pucat dengan suhu badan yang tinggi
Sebagai suami -istri yang sama-sama sibuk bekerja, ada rasa bersalah yang luar biasa ketika harus melihat anak dalam kondisi sakit-sakitan.
Pak Mif, begitu panggilan lelaki yang bekerja di dinas Pendidikan. Ia tampak panik namun berusaha tenang sembari menyiapkan keperluan anaknya agar lekas dibawa kerumah sakit
"Kita ke UGD Kardinah sekarang Bu, tidak usah ganti pakaian, anak kita harus cepat diberi penanganan medis" Ajak Pak Mif kepada istrinya
Setibanya di UGD, Tegar langsung ditangani oleh dokter. Kondisinya terlihat lemah.
Pak Mif mondar mandir disekitar pintu UGD yang tertutup, sementara istrinya duduk bersimpuh di lantai teras UGD dengan wajah cemas.