Membaca karya mereka yang sudah konsisten dengan dunia sastra dan tulis menulis adalah inspirasi penuh makna. Pada dasarnya saya bukan tipe penyuka sastra ataupun novel yang romantis. Saya lebih suka membaca alur cerita yang sedikit berbau misteri dan kisah petualangan. Masa kecil saya dipenuhi dengan dunia imajinasi dari novel lima sekawan karya Enid Bylton. Belakangan baru saya ketahui novel-novel tersebut merupakan terjemamahan dari negeri Inggris sana.
Hingga sekarang saya kurang begitu menyukai karya-karya yang terkesan cengeng, termehek-mehek. Apa karena dunia imajinasi yang terbangun sejak kecil cenderung maskulin dengan tantangan logika penyelesaian masalah? Bisa iya,bisa juga tidak.
Beda usia beda pula bahan bacaannya. Menginjak Remaja hingga dewasa saya begitu terkesima dengan kata-kata yang amat sangat mendalam dalam karya berjudul :Aku ingin mencintaimu secara sederhana. Puisi ini merupakan karya maestro sastra senior Bapak Sapardi Djoko Darmono. Ada getar yang mendalam ketika pilihan kata yang digunakan sarat akan arti pengorbanan. Apa karena ada jiwa altruisme dalam diri saya sehingga saya begitu menghayati kata demi kata dalam puisi tersebut?!
Karya puisi lain yang sarat filosofi tentang hidup dari senior sastra yang menggugah adalah puisi berjudul " Yang fana adalah Waktu". Tidak hanya melahirkan karya puisi, Sapardi Juga menulis beberapa novel. Novel-novel beliau begitu realis. Aksen penokohan, setting tempat begitu terasa dekat dengan pembaca. Bahasa novel karya Sapardi begitu ringan, sedikit lugas namun sarat makna. Lihat saja Novel yang berjudul Suti. Sudah pernah membacanya? kisah eksentrik perempuan desa dengan segala kisah yang rumit. Novel lainnya adalah Hujan di Bulan Juni.
Ahhhh...kapan ya bisa mengikuti jejaknya?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI