Hari kedua di Bulan Mei merupakan bagian rekam sejarah bangsa yang menjadi Hari Pendidikan Nasional. 2 Mei telah berlalu dari tahun ke tahun, demikian pula tahun 2016 ini. Namun bukankah berbicara tentang pendidikan tak cukup hanya menjadi proses yang bisa diperingati dalam satu hari saja?. Pendidikan adalah proses panjang yang membutuhkan kesinambungan hari menjadi bulan hingga tahun, bahkan tidak mengenal batas waktu. Kapan saja, dimana saja, oleh siapa saja dan bersama siapa saja, mungkin begitu lah proses pendidikan yang sebenarnya. Oleh karena itulah, dilandasi dengan semangat Bhakti BCA, meski hari pendidikan nasional telah lewat, namun PT Bank Central Asia Tbk atau yang lebih dikenal dengan BCA mengapresiasi generasi pembelajar untuk terus berinovasi dalam rangka memajukan dunia pendidikan diIndonesia..Siang itu, bertempat di Break out Area lantai 22- Menara BCA Jalan Thamrin Jakarta Pusat, tepatnya dua hari setelah tanggal 2 Mei berlalu. Tidak henti-hentinya program bakti BCA memberi ruang bagi para generasi muda yang kreatif dan inovatif untuk berbagi inspirasi di dunia pendidikan. Dengan mengusung tema "Perkembangan Teknologi Pendidikan di Indonesia", ruang transformasi nilai itu semarak dihadiri beberapa kalangan. Hadir sekaligus membuka acara Ibu Inge Setiawati selaku Sekretaris Perusahaan yang sudah melayani transaksi perbankan kepada lebih dari 14 juta nasabah yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Turut mendampingi Head of CSR BCA Bapak Sapto Rachmadi beserta Jajaran. Dan yang tidak kalah penting adalah kehadiran pada muda yang luar biasa antara lain Tommy Herdiansyah ( Founder Code Margonda); Maulana Muhammad (Bussines Development RuangGuru.com); Winastawan Gora (Director& Founder Kelase) dan Riza selaku Development program dari Cozora.com.
Awalnya saya tidak begitu ngeh dengan wacana pendidikan berbasis tekhnologi. Namun sebagai makhluk pembelajar, sungguh kesempatan yang luar biasa ketika saya dapat bertemu langsung dan belajar tentang ilmu start-up bidang pendidikan yang ternyata dilahirkan dan ditekuni oleh mereka yang berusia muda belia. Terciptalah sharing pengalaman, ide dan gagasan yang merupakan rangkaian menuju sebuah succes story.
Terperangah saya manakala saya mendengarkan kisah inspiratif para pegiat pendidikan berbasis teknologi. Mereka menjadi sosok entrepreuner muda yang memberi warna dunia pendidikan ditengah dinamika ilmu pengetahuan yang sedemikian kompleksnya. Tak heran ketika Bakti BCA menjadikan hal ini sebagai salah satu kegiatan Corporate Social responsibility. Pendidikan menjadi salah satu indikator peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia. Peningkatan kualitas harus berbanding lurus dengan kuantitas sebaran yang ada, dimana terkendala ruang. Hal itu dikarenakan Indonesia negara kepulaan yang memiliki ragam budaya dan letak geografis yang tidak sama kondisinya.
Seperti yang diungkapkan Ibu Inge bahwa fenomena positif di kalangan entrepreuner muda saat ini cenderung membangun usaha yang selaras dengan upaya mereka dalam memberikan nilai tambah dan manfaat dalam masyarakat (socialpreunership). Dunia Pendidikan menjadi salah satu bidang bagi entrepreuner muda dalam menemukan passion itu. Terutama ditengah teknologi yang semakin berkembang. BCA pun mendorong agar semakin banyak entrepreuner muda yang ingin memberikan nilai tambah bagi masyarakat.
Beliau juga menambahkan bahwa pemanfaatan teknologi memungkinkan sebanyak mungkin masyarakat dari sekitar 250 juta jiwa penduduk Indonesia agar dapat berkesempatan untuk menikmati pendidikan.Inilah misi yang mulia dan bernilai karena digeluti oleh generasi muda. Passion mereka patut didukung. Tentu saja oleh program bakti BCA salah satunya.
Inilah warna baru dunia pendidikan kita. Saat teknologi menjadi alat yang memunculkan tawaran solusi. Tidak ada lagi kendala berarti bagi kaum pembelajar untuk mengejar prestasi. Pendidikan menjadi ruang atraktif yang penuh dengan gimmick kreatif. Rumitnya PR Matematika menjadi peluang baru terciptanya ruang bantu belajar.
Lihat saja misalnya, saat salah satu model aplikasi yang dimiliki oleh RuangGuru.com. Sepintas tak beda jauh dengan aplikasi ojek online. Aplikasi ini sangat membantu murid dalam pembelajaran soal yang sulit beserta sistem penyelesaiannya. Jika siswa kesulitan dalam penyelesaian tugas soal dirumah, soal dapat dikirim dalam bentuk foto, kemudian dilanjutkan dengan proses pencarian guru yang sesuai. Profil guru pun secara otomatis akan muncul di layar sebelum guru tersebut membantu penyelesaian soal melalui teknologi online. Canggih Bukan?. Apalagi sebagian besar jasa teknologi pendidikan mereka tidak berbayar.
Dan yang tidak kalah menarik, kegiatan bakti BCA yang menggandeng entrepreuner muda di bidang teknologi pendidikan ini dihadiri oleh para pegiat pendidikan. Sebagian besar diantaranya adalah pelajar sekolah menengah pertama dan menengah atas yang bersiap menghadapi Ujian akhir. Ada punya praktisi home schooling, Guru dari berbagai latar belakang keilmuan. Yang pasti siang itu tercipta ruang pembelajaran bersama lintas generasi.
Sebut saja misalnya Bapak Wendie Razif Soetikno S.si, MDM. Beliau adalah sosok guru senior yang sudah mengajar sejak tahun 1977. Saat ini beliau tinggal di Bekasi dan mengajar mata pelajaran Kimia di SMA Pax Patriae Bekasi. Melihat sosok dan semangat beliau sebagai guru luar biasa adanya. Bahkan beliau aktif bertanya dan menyampaikan beberapa pengalaman yang menjadi bagian dari proses pembelajaran konservatif yang waktu itu masih belum banyak didukung oleh teknologi.
Bukan sebuah masalah ketika yang berusia lebih belajar hal baru dari mereka yang lebih muda usianya. Itulah makna kita sebagai manusia pembelajar. Salut dan sukses kepada BCA yang senantiasa mendorong lahirnya inovasi pendidikan berbasis teknologi. Hal ini tentunya memberi dampak positif bagi masa depan dunia pendidikan Indonesia di era global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H