Lihat ke Halaman Asli

Tamita Wibisono

TERVERIFIKASI

Creativepreuner

Akademi Menulis PLN Menjadi Ruang Transformasi, Dari Personal Branding Menuju Corporate Branding

Diperbarui: 3 Mei 2016   00:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok.pri 3 juri di Ruang Diponegoro

Menjadi seseorang yang haus akan pengetahuan menjadikan saya selalu tertantang untuk belajar banyak hal. Kali ini Kompasiana menghadirkan ruang yang cukup membuat saya penasaran. Akademi Menulis Kompasiana-PLN itu kira-kira apa dan bagaimana sih?. Kesempatan untuk mengikuti Coverage Akademi Menulis Kompasiana-PLN pun tidak saya sia-sia kan begitu saja. 

Tak sulit menemukan lokasi kegiatan yang berada di Unit Pendidikan dan Latihan (Udiklat) PLN, Jl Letjend S Parman No 27 Kemanggisan Slipi Jakarta Barat. Nuansa yang berbeda saya dapati dalam coverage yang berlangsung dari jam 09.00 - 16.00 WIB ini. Ada kolaborasi aktif antara kedua belah pihak yakni PLN dengan peserta akademi menulisnya dan Kompasiana dengan jajaran officer berikut 16 kompasianer yang telah terdaftar. 

Bukan berlebihan ketika saya katakan coverage kali ini sarat dengan konten berkualitas. Ibarat kesebelasan, maka Coverage kali ini benar-benar menurunkan tim lengkap dari Palmerah. Sebut saja Kang Pepih,Mas Iskandar zulkarnaen, Mas Nurullah, Mbak Widha Karina, dan lebih dari 5 orang officer lainnya. Sementara dari pihak PLN dihadiri langsung oleh GM Udiklat Bapak. Wisnu Satrijono beserta jajarannya. Tak kalah penting dalam agenda ini adalah keenambelas peserta yang akan mempresentasikan hasil chek point selama mengikuti akademi menulis Kompasiana.

Sesaat sebelum dimulainya pembukaan yang dilangsungkan di Ruang Dewi Sartika, baik kompasianer maupun peserta akademi menulis dari PLN menikmati coffee morning. Kompak peserta akademi menulis dari PLN mengenakan baju putih. Kejutan demi kejutan pun dimulai. Pembawa acaranya sudah tidak asing lagi, saat ini tugas utamanya memang sebagai admin kompasiana, namun kepiawaiannya membawakan acara justru menjadi peluang kedepan bagi seorang Widha Karina. Kejutan berikutnya, saat pengarahan teknis presentasi peserta. Masing-masing akan terbagi dalam 3 ruangan.  Kelas kecil ini menempati ruang Cik Ditiro di lantai 3, sementara ruang Teuku Umar dan ruang Diponegoro berada di lantai 2. 

Saya beserta 8 orang kompasianer berkesempatan masuk di ruang Diponegoro. 3 Juri dalam ruangan ini terdiri dari Kang Pepih Nugroho, Bapak Wisnu Satrijono dan Mas Adhyatmika. 6 Peserta yang berasal dari berbagai daerah dengan berbagai latar belakang posisi yang berbeda nyatanya mampu melahirkan tulisan-tulisan yang luar biasa.

Sebut saja peserta dari PLN sektor pembangkit palembang yang menjabat sebagai assiten manager Keuangan, SDM dan adm iyang bernama M. Taufiq. Gayanya yang terlihat kalem mampu melahirkan tulisan-tulisan inspiratif . salah stau tulisannya berjudul Karyawan PLN bukan Superman. Dalam tulisan ini M. Taufiq ingin menegaskan bahwa karyawan PLN tidak selamanya identik dengan ganguan atau pemadaman listrik.

Tidak kalah menarik peserta kedua bernama Bapak Rakhmadsyah. Beliau berasal dari PLN Pembangit sektor Medan, Sumatra Utara. Kepiawaiannya menulis tentang ulasan seputar listrik yang dia kemas dengan apik menunjukkan keseriusannya untuk membentuk corporate branding melalui tulisan media dalam hal ini Kompasiana. 

Humor segar juga turut mewarnai presentasi di ruang Diponegoro. Hal itu berawal ketika peserta dari PLN wilayah NTT keliru menyebut nama Kang Pepih menjadi Kang Pepeng. Bapak Soelityoadi Nikolaus ini tidak hanya sekali salah sebut nama, ah rupanya selera humor karyawan PLN tinggi juga ya. Dalam tulisan-tulisannya pak Niko konsen dengan permasalahan listrik diperbatasan.

Peserta tercantik di Ruang Diponegoro itu bernama Ibu Emilia Tobing. Beliau berasal dri PLN wilayah Sumatra Barat. Sepiawainnya menulis dan mempresentasikan chek point menunjukkan bahwa posisinya sebagai Spv Humas telah mendarah daging disamping memang beliau berlatar belakang pendidikan ilmu komunikasi. Tulisan-tulisan Ibu Emilia Tobing ini memiliki judul yang eksentrik. Membuat orang tergelitik. Misalnya saja ketika beliau mengulas keberadaan salon di pasar palmerah dengan menambahkan kata kenikmatan. 

Dan yang tidak kalah menarik adalah penyajian dari peserta terakhir yang berasal dari PLN sektor Rembang yang bernama Bapak Grahita. Dari beliau pula tersaji foto-foto heroik yang selama ini jarang dipublikasikan ke media. Foto-foto dimana para Karyawan PLN bertaruh nyawa dalam menjalankan tugasnya. Inilah kenapa PLN membutuhkan personil yang mampu mengabarkan lewat tulisan. Semua itu dimaksudkan untuk memperkuat corporate branding

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline