Genap di tahun ke-7 sejak merasakan cinta itu, masih saja belum terucapkan. Meski kini Adis telah berada dalam satu kota dengan orang yang mengobarkan cinta dalam hidupnya. Tetap saja jarak itu ada. Tetap saja dalam penyamaran, tanpa memiliki keberanian.
Hingga Tuhan mengirimkan dua makhluk yang memiliki keberanian luar biasa. merekalah sahabat-sahabat lama yang memang mengerti jalan cerita. Karena kebersamaan kami sudah sedari Sekolah berseragam biru putih. Di SMP itu pulalah pualam cinta untuk yang pertama kalinya tak mampu bergeming dari tempatnya mencinta. sosok laki-laki dewasa yang penuh kasih, berseragam putih-putih.
Kedatangan Lia dan Retno mengunjungiku membawa keajaiban. Mereka memaksaku keluar dari penyamaran. Dan siang itu 23 Oktober 2001. Sosok itu tiba-tiba muncul di hadapanku. Entah siapa Sutradara dan penulis naskah diantara kedua sahabatku yang telah tega mengakhiri peran misterius sosok Adis.
Dia datang...masih dengan baju nya yang putih-putih, ditanganya tertenteng kotak isi makanan
Oleh-oleh buat anak kos, katanya
Aku terpana, ingin meluapkan segenap perasaan dan kecamuk yang ada. Namun sia-sia. Kali ini Adis tercerabut oleh pengatur laku dari kedua sahabatku. Mereka yang mengambil alih peranan saat itu. Mempersilahkan laki-laki itu memasuki ruang tamu, berbasa-basi menanyakan kabar dan terkesan sok kenal sok dekat.
sementara aku? lunglai tak genap nyawaku karena sudah tak ada lagi Adis seperti yang selama ini muncul dalam suara dan surat-surat. Masih dengan sejuta pesona kedewasaanya dia semakin menjerembabkan aku dalam gejolak rasa, tidak tahu lagi harus bagaimana
"sudah aku duga kalau Adis itu kamu.." matanya bijak sembari tersenyum..
kata-kata itu tertuju padaku..matilah aku
"kamu anak perempuan dari ibu yang dulu sakit di Rumah sakit itu kan? tambahnya sembari tajam menatapku
Entah bagaimana rupa wajahku saat itu. tidak lagi merah padam..mungkin mengarah ke merah maroon atau? Ah..