Siang yang panas di Kota Tegal, menikmati kelezatan citra kuliner nusantara dalam semangkuk asem-asem iga sapi saat berkunjung ke tanah kelahiran . Tak lama berselang, datang Perempuan berkulit kuning langsat memarkir sepeda motor berisi penuh barang belanja. Ramah dia menyapa pelanggan dan pekerjanya sambil mengangkat belanja yang dia bawa. saya meminta waktu kepada pemilik usaha sekaligus kawan lama untuk berbincang seputar kecantikannya yang semakin sempurna di tengah kesibukan usaha kuliner yang dia rintis sedari nol.
Dialah Nelly Murni, Sarjana Antropology lulusan Univesitas Indonesia yang memilih pulang ke kota asal dan menekuni usaha kuliner dengan cita rasa Indonesia. Keberaniannya untuk membuka rumah makan sederhana sempat diragukan keluarga dan mendapat banyak komentar "apa tidak sayang Ijasahnya?". Namun dia berujar bahwa masih sedikit orang yang berani memotong mainstreem untuk menjadi pekerja dengan modal ijasah Sarjana.Tekad dan ketekunan mengantarkan sosok Nelly menjadi perempuan cantik sempurna yang akan menginspirasi banyak perempuan untuk berani membuka peluang usaha, sekecil apapun bentuknya.
Sebagai Owner, Nelly sangat cekatan dalam memanage tim yang sebagian besar adalah perempuan. Keramahan dan senyum selalu dia tampakkan, terlebih ketika ada pelanggan datang. Siang itu dengan berbinar dia menceritakan banyak hal terkait dengan liku-liku perjalannya membangun usaha kuliner. "Terkadang orang hanya melihat kesuksesan seseorang, tanpa mau melihat betapa sukses itu membutuhkan banyak pengorbanan dan suka duka perjuangan" dia menuturkan sembari meneguk minuman dingin yang menemani perbincangan kami.
Hampir satu jam dari kedatangan saya di rumah makan sederhana yang diberi nama "Mbah Gembil" itu, banyak pelanggan yang cocok dengan menu makanan nusantara yang disajikan. Dekorasi ruangan yang sederhana dengan meja dan bangku dari kayu, ruangnya pun tidak begitu luas, tidak dilengkapi dengan AC. Semua tampak sederhana diantara bangunan kuliner lain yang menempati lokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan kota Tegal. Namun dari kesedehanaan itulah banyak pelanggan setia menikmati resep yang diolah oleh tangan cekatan dari seorang sarjana yang di bantu oleh beberapa pekerjanya.
Sesekali dia pamit untuk mengontrol kondisi dapur, memastikan pesanan pelangan tidak berkurang kualitas rasanya. Terdengar suaranya memberi arahan kepada tim. karena penasaran, saya pun memberanikan diri untuk memasuki dapur dan saya lihat dia tengah mencuci piring, sambil berujar bahwa menjalani usaha itu harus bisa menghandle semua tugas. Meski sudah ada tim yang bertugas, namun semangat team work itu sangat terlihat saling membantu satu sama lain, tidak ada yang berpangku tangan. Ketika bagian kebersihan sedang membantu bagian penyajian karena banyak pesanan maka pemilikpun tak segan-segan untuk melakukan tugas kebersihan.
"Biar tidak numpuk dan menunda pekerjaan, ini salah satu konsep kerja yang saya bangun bersama team work disini selama ini" dia menambahkan.
Bahkan menurutnya dengan dia mencuci piring, maka standar mencuci piringpun akan dilihat oleh yang bertugas dari caranya mencuci. Memberi contoh dengan mengerjakan itu penting sehingga kebersihan selalu terjaga setiap saat.
"maklum mempertahankan citra usaha kuliner itu penting ditengah persaingan usaha yang semakin terbuka" Ujarnya penuh Optimis
Beranjak dari sudut dapur, perempuan berusia 34 tahun itu mempersilahkan saya duduk di kursi di sudut ruangan. Dia mengambil posisi berhadapan. Diatas Meja yang menjadi penghalang kursi yang kami duduki tampak tumpukan nota dan buku yang berisi catatan pemasukan dan pengeluaran setiap hari dari usaha yang sudah di jalaninya selama lima tahun ini.
Lagi-lagi tangannya cekatan menyalin nota ke dalam catatan keuangan layaknya seorang akuntan.