Lihat ke Halaman Asli

Ada Penyewaan Mukena di Istiqlal ?

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13991110721539554392

[caption id="attachment_305877" align="aligncenter" width="576" caption="Ilustrasi (Synber foto: www.archipost.com)"][/caption]

Kamis (1/5) lalu, saya dan suami mampir di Masjid Istiqlal untuk melaksanakan shalat Dzuhur. Saya baru dua kali mengunjungi Masjid terbesar se-Asia Tenggara itu. Kunjungan pertama, tahun 2009. Kunjungan kedua, tahun ini, 2014. Jadi, maklum saja, saya masih agak bingung saat berada di dalam Masjid Istiqlal. Saking megahnya masjid tersebut.

Kebetulan, kunjungan kedua saya ke masjid yang bersebrangan dengan Gereja Katedral ini, saya lupa membawa mukena. Alhasil, usai wudhu, saya celingak-celinguk, mencari mukena masjid. Di tempat shalat wanita, saya bertanya kepada salah satu jamaah. Saya menanyakan di mana tempat penyimpanan mukena masjid. Katanya, mukena masjid, ada di bagian depan, sebelum masuk ke tempat shalat. Saya diminta kembali ke depan.

Sebelum sampai di tempat penyimpanan mukena, tak jauh dari tempat shalat, ada plang bertuliskan “ruangan untuk berganti mukena” (kalau tidak salah). Saya pun melangkah perlahan mendekati ruangan tersebut sambil tetap memasang wajah bingung. Pasti ada lemari mukena di ruangan itu, makanya saya mendekati ruangan tersebut.

Belum sempat melihat isi ruangan, saya dipanggil oleh seorang wanita. Usianya kurang lebih 35 tahun.

“Mbak... mbak...”

Saya pun menoleh. Awalnya, saya kira ia adalah petugas masjid, tetapi kok tidak pakai seragam. Ia pun bertanya dengan santun, apa yang saya cari.

“Mbak cari apa?”

“Mukena bu.”

“Oh, mukena. Pakai punya saya saja mbak.”

Waaah.... saat itu rasanya seperti bertemu malaikat penolong. Saya yakin, ia bukan petugas masjid. Tapi begitu cepat responnya melihat orang kebingungan mencari mukena seperti saya.

Saya pun berdiri di sebelah si mpu-nya mukena untuk melaksanakan shalat. Tetapi wanita itu menyuruh saya shalat di barisan depan.

“Mbak, shalat di depan saja.”

“Gak apa-apa ni bu?”

“Gak apa-apa kok.”

“Aduh, makasih banyak ya bu. Ibu baik banget. Saya shalat dulu ya.”

Usai shalat, saya tak lupa berdoa untuk si peminjam mukena. Apa yang ia lakukan sederhana. Berlari mengejar saya, menanyakan apa yang saya butuhkan, dan ia langsung membantu saya. Keren.

Setelah berdoa, saya lipat mukenanya dengan rapi dan mengembalikannya. Saya menghampiri wanita baik hati itu dengan senyum sumringah.

“Ibu, terimakasih banyak ya, sudah mau meminjamkan mukenanya untuk saya. Sekali lagi terimakasih ya bu.”

“Sama-sama mbak. Tapi, saya minta uang.”

“Hah...???” Saya kaget karena usai shalat, wanita itu minta uang kepada saya. “Maaf, maksudnya bu?”

“Iya, saya minta uang seikhlasnya dari mbak.”

“Oh...” saya pun mengambil beberapa uang kecil untuk wanita itu.

Ketika saya mengucapkan “Oh”, pertanyaan mulai berlompatan di otak saya. Apakah wanita ini sedang melakukan usaha sewa mukena atau ia sedang mengemis dengan gaya baru. Entah lah.

Selama saya hidup, baru kali ini saya dipinjami mukena oleh orang lain, tetapi ia meminta sejumlah uang dari saya. Wow. Mudah-mudahan apa yang saya keluarkan dicatat sebagai amal baik. Amin. @TamiPudya_

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline