[caption caption="Situasi Pembalakan Liar di Kalimantan Tengah (Sumber Foto : Rhett Buttler, Mongabay.com)"][/caption]
Kalimantan Tengah, bisa disebut sebagai Provinsi yang tercipta di awal kemerdekaan Republik Indonesia, bahkan Palangkaraya sendiri bisa dibilang tata kotanya adalah "Hasil pemikiran Sukarno", di masa konfrontasi dengan Malaysia, bahkan Bung Karno mempersiapkan Palangkaraya sebagai "Pangkalan Militer Udara", ini untuk menyaingin Pangkalan-Pangkalan Militer Asing di seputaran perbatasan, baik yang ada di Singapura, di Sabah maupun di Filipina. Bung Karno membuat jalan jalan besar di tengah Palangkaraya agar bisa dilandasi pesawat MIG 16 untuk bersiap tempur dengan Malaysia.
Perkembangan Kalimantan Tengah, awalnya amat lamban. Ada organisasi besar Indonesia yang juga menjadikan Palangkaraya sebagai basis pergerakannya, Organisasi kelas internasional ini pernah memperkirakan Palangkaraya akan menjadi pusat masa depan Indonesia, dan organisasi ini dinamakan SUBUD, Susila Budi Dharma. Pusat dari gerakan Subud Palangkaraya ada di Bukit Tengkiling. Namun setelah pendiri SUBUD yaitu : M.Subuh meninggal dunia di tahun 1987, intensitas gerakan ini menurun.
Kalimantan Tengah mendapatkan perhatian khusus Bung Karno, karena kota Palangkaraya pernah diniatkan untuk menjadi Ibukota Republik Indonesia, usulan ini untuk menandingi Kota Bandung yang dipersiapkan jadi Ibukota, padahal Kota Bandung disiapkan menjadi Ibukota sejak awal abad 20, atau sejak jaman Hindia Belanda, usulan Bandung ini ditampik Bung Karno karena amat berbau Kolonial, Bung Karno ingin menjadikan Kalimantan Tengah sebagai centrum sebuah "Indonesia Raya" namun niat Bung Karno ini tak pernah kesampaian, apalagi setelah Suharto berkuasa, dan menjadikan Jakarta sebagai sentral kekuasaan yang absolut, Palangkaraya seolah dilupakan.
Perkembangan Kalimantan Tengah, sejak awal berdirinya hanya berpusat di Palangkaraya, namun sejak awal tahun 2000 ada gerakan orientasi ke desa-desa, pemikiran tentang Kalimantan Tengah yang terisolir dan hanya dijadikan alat pembalakan liar baik yang dilakukan oleh petualang petualang bisnis, sampai dengan kejahatan lingkungan yang terorganisasi, menjadikan Kalimantan Tengah sebagai objek pembangunan nilai manusia tapi lebih pada "perusakan hutan yang amat parah". Tak lama setelah kejatuhan Suharto, di tahun 1998, mulai munculnya aksi bebas melakukan pembalakan hutan lindung yang kemudian menyenggol wilayah wilayah habitat Orang Utan, pembalakan ini mempersempit ruang gerak orang utan, sebagai satwa yang dilindungi.
Membaca Politik di Kalimantan Tengah, seperti membaca dua mozaik yang saling berlawanan, di satu sisi tercipta mafia-mafia yang didasari pada kepentingan bisnis dan menghancurkan lingkungan hidup, di satu sisi berdiri kaum idealis yang mencoba menjadikan Kalimantan Tengah sebagai "Pusat Pembangunan Kemanusiaan", ide awal Kalimantan Tengah sebagai Pusat Pengembangan Kebudayaan Nusantara diusulkan oleh kelompok SUBUD, yang awalnya dimotori oleh pendirinya M. Subuh, yang akrab dipanggil "Pak Subuh". Tahun 1980 s/d tahun 1984 bisa dikatakan kelompok intelektual SUBUD berhasil menjadi tiang penyangga ide ide pembangunan di Kalimantan Tengah, Gerakan Subud memiliki basis di kalangan intelektual kelas menengah atas Jakarta, terutama pejabat pejabat dari Departemen Luar Negeri, Departemen Pehubungan dan Bappenas. Kelompok ini juga merambah kelompok kelompok muda intelektual yang mengembangkan Kalimantan Tengah sebagai model pembangunan Indonesia Baru. Namun sayangnya gerakan ini tidak mendapatkan respon dari Pemerintahan Suharto, sehingga gerakan dilakukan secara mandiri namun di menjadi pudar di pertengahan 1990-an karena tiadanya kepemimpinan kuat di Subud pasca meninggalnya Pak Subuh. Namun diluar Subud banyak tokoh tokoh intelektual yang terpengaruh atas visi Pak Subuh dalam mengembangkan Kalimantan sebagai "Wilayah dunia baru".
[caption caption="Pak Subuh, Pendiri Organisasi Subud dan Pemimpin Spiritual Jawa Asal Semarang Yang Amat Berpengaruh di Jaman Bung Karno dan Pak Harto, Pencetus ide Bahwa "Masa Depan Nusantara" Berpusat di Kalimantan Tengah (Sumber Foto : Dokumentasi Subud)"]
[/caption]
Gerakan Subud ini juga banyak mempengaruhi intelektual lokal, tokoh tokoh seperti Teras Narang, Diran, Prof. MS Lambut, Profesor Usop dan banyak lagi. Kelompok intelektual menolak Kalteng dijadikan wilayah eksploitasi hutan, juga wilayah kavling kavling kelapa sawit, kelompok inilah yang kelak di pertengahan di tahun 2005 mulai pegang kendali di Kalimantan Tengah dan punya agenda kerja dengan tugas pokoknya "Membuka daerah daerah terisolir".
Kekuasaan Teras Narang, menjadi amat berhasil sepanjang sejarah Pemerintahan Kalimantan Tengah, di tangan Teras Narang, Kalimantan Tengah membuka daerah terisolirnya, seperti : Wilayah Pulang Pisau, Murung, Katingan, Seruyan, Gunung Mas, Lamandau, sampai dengan wilayah Sukamara. Di Barito, Kotawaringin dan Kapuas digerakkan agenda sanitasi lingkungan yang terpadu. Palangkaraya sendiri berkembang pesat, selama 10 tahun masa kekuasaan Teras Narang, Palangkaraya dijadikan kota terpadu, banyak berdiri bangunan bangunan sebagai lambang modernisasi kota, dan justru peningkatan pembangunan ada di wilayah arah Bukit Tangkiling dimana Pak Subuh meramalkan bahwa jalan menuju Tangkiling akan jadi Boulevard yang tak kalah besar dari Makati Manila atau Sudirman Jakarta. Perlu catatan sendiri, Pak Subuh-lah yang meramalkan "Jalan Sudirman di Jakarta" menjadi jalan bisnis utama di Jakarta, di dekade 1960-an ia membangun gedung S Widjojo. Visinya tentang Kalimantan Tengah dimana Bukit Tangkiling menjadi pusat kota adalah pandangan jauh ke depan. Hal ini terlepas dari pandangan Bung Karno dan Semaun dalam melihat masa depan Kalimantan Tengah di medio 1950-an.
Sektor yang paling menonjol dimasa Pemerintahan Teras-Diran adalah Kesehatan Publik, Pemerintahan Teras Narang membawakan agenda Kalteng Barigas, pendekatan kesehatan Kalimantan Tengah ada di "Peningkatan Kesehatan (Promotif), Pencegahan Penyakit (Preventif), Penyembuhan Penyakit (Kuratif), dan Pemulihan Kesehatan (Rehabilitatif). Empat agenda ini jadi senjata Teras Narang dalam mengembangkan sektor kesehatan publik. Data data menunjukkan sejak 2010, kemajuan pesat kesehatan publik menonjol dan ini jadi bahan rujukan banyak wilayah di Indonesia dimana Kalteng jadi role model pembangunan kesehatan publik.