1. Background
Sedikit saya ceritakan tentang background Drs. Viky Ruhunlela M. Si. Beliau adalah alumni SMA N 3 Ambon lulusan tahun 90-an yang rekaman jejaknya cukup terbilang sangat sukses di dunia akademisi. Saat ini beliau sedang mengambil Strata 3 di salah satu Kampus di Kota Daeng (Makassar) .
Selain masih berstatus sebagai mahasiswa, beliau juga sedang menjabat sebagai Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pattimura untuk kedua kalinya. Kesuksesannya dalam membina mahasiswa, beliau pun kembali dipercayakan untuk menangani Mahasiswa FISIP Unpatti yang kedua kalinya.
Sosok yang menurut saya hingga hari ini beliau adalah aktivis, pemikir, dan juga Dosen gaul layaknya anak muda di era beliau.
2. Di Perpustakaan
Ketika saya masih duduk di bangku SMA N 3 Ambon antara tahun 2013 - 2016 dan berstatus sebagai ketua OSIS waktu itu, saya pun kian dekat dengan perpustakaan sekolah. Setiap istirahat saya selalu di Perpustakaan mulai dari membaca koran terbaru hingga membaca buku apa saja yang membuat saya tertarik.
Disinilah awal saya diperkenalkan dengan sosok yang kini menjadi orang tua dan sahabat curhat saya sendiri. Melalui sebuah Buku sumbangan Alumni kepada almamater dalam acara Reuni Akbar SMA N 3 Ambon tahu 2013 silam, yang saat itu saya temukan satu tahun setelahnya di dalam rak-rak buku bagian umum.
Buku yang bersampul merah putih itu berjudul " Revolusi Ir. Soekarno" yang didalam sampulnya itu bertuliskan nama pemiliknya yakni V. Ruhunlela, dibawahnya belau bertanda tangan.
3. Selembaran Materi Seminar
Awalnya saya tidak terlalu tertarik dengan nama pemilk buku itu, namun setelah beberapa hari kemudian saya menemukan selembaran materi Seminar sehari dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda tahun 2014 oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) komisariat FISIP Universitas Pattimura, yang salah satu narasumbernya juga bernama Drs. V Ruhunlela M.Si.
Isi materi itu sangatlah menarik dan membuat saya terkagum-kagum membacanya. Sampai saya selalu membawanya ke sekolah. Materi yang menceritakan tentang potret anak muda jaman sekarang yang semakin hari semakin memprihatinkan itu juga berisi kata-kata baru yang saat itu saya sebut kata-kata para aktivis.