Banyak di antara kita yang hingga kini ketika mendengar kata"Ambon" maka yang akan sering muncul di benaknya kita adalah Ambon itu, kerusuhan, daerah rawan konflik, orang-orangnya jahat, perkataan dan logatnya kasar, hingga ada yang sampai menjastis bahwa Ambon itu adalah daerah yang kristenisasinya lebih banyak dari pada islamisasinya.
Itu dulu!
Bahwa Ambon kini telah menjadi daerah percontohan daerah paling toleran se Indonesia. Kota yang sering di sebut-sebut sebagai daerah rawan konflik ini telah mencatat sejarah panjang tentang peedamaian antara umat beragama pasca konflik dengan tradisi (budaya) Pela-Gandong.
Yakni adanya sebuah hubungan erat yang di bangun dengan penuh kasih sayang, Pela yang berarti Persaudaraan yang di bangun karena antara dua dua kampung yang beragama Islam dan Kristen sementara Gandong yang berarti kandung atau persaudaraan se-ibu se-ayah yang telah terjalin antara dua atau lebih kampung Islam dan Kristen yang berpisah.
Perpisahan terjadi karena berbagai faktor baik karena pada zaman dulu yang kebutuhan ekonominya yang masih bersifat berpindah-pindah sehingga harus terpaksa untuk berpindah dan menetap di perkampungan atau pulau yang lain maupun karena masuknya penjajahan belanda dan portugis yang memaksakan keadaan untuk harus berpisah.
Ikatan-ikatan persaudaraan itu kemudian di peraratkan kembali seperti semula hingga rasa saling memiliki sangat kuat di tengah masyarakat Maluku terlebih khususnya juga di kota Ambon Manise ini. Lebih dari itu, kini kota Ambon menambahkan satu icon Kota selain dari patung Kapitan Pattimura, Cristina Martha Tiahahu, dan selogan Ambon Manise dan Ambon City of Music.
Kini kota Ambon sudah di cerahkan dengan ikon Jembatan Merah Putih (JMP) yang menghubungkan dua kampung Poka dan Galala, yang juga memberikan arti dan makna penting bagi kota Ambon yakni selalu menghubungkan dan mempererat tali persaudaraan antar umat beragama agar tidak lagi terpecah belah, lain sayang lain, lain harus lihat lain .
Sisi lain kota Ambon juga bisa kita lihat dari masyarakat kota ambon yang selalu ramah dan solid bak saudara dalam rumah. Hal ini lebih di perkuat lagi dengan adanya trdisi Makan Patita adalah tradisi makan bersama oleh seluruh lapisan masyarakat kota ambon yang pe lakukan setiap memperingati Hari Ulang Tahun Kota Ambon.
Di tradisi ini baik Islam, Kristen, kaya, miskin tua hingga anak muda semuanya berkumpul di kawan Jln. A. Y Pati Kota Ambon sebagai pusat lalu lintas antara kantor wali kota sampai di Mesjid Raya Al-Fatah dengan susunan meja makan terpanjang di Indonesia.
Segalah jenis makanan khas Maluku semuanya di sajikan di meja-meja itu lalu tinggal menuggu perintah dari Wali Kota untuk sama-sama menikmati sekaligus mensyukuri nikmat Tuhan bagi umur kota Ambon dan kuatnya ikatan persaudaraan antar umat beragama di Kota Ambon Manise.
#KabarDariSeberang