Lihat ke Halaman Asli

Berpetualang di Zasirah Leihitu

Diperbarui: 25 Februari 2017   16:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

Ketika mendengar kata petualangan atau berpetualang maka bayangan kita adalah kegiatan mendaki gunung ataupun menelusuri hutan untuk sekedar menyatu dengan alam sekitar kita. Tapi ternyata petualangan yang satu ini adalah berpetualang dengan menelusuri daerah-daerah terpencil di pelosok Negeri Zasirah Leihitu. Tujuanya adalah menebar pengetahuan dan motivasi Kuliah Tak Gentar serta beberapa pengetahuan tentang beasiswa meraih asa yang dijelaskan kepada adik-adik SMA/SMK/MA Se-kota Ambon dan sekitarnya. 

Nah, salah satu dari lokasi petualangan kami kali ini adalah MA Syuffa Hisbullah Kabupaten Maluku Tengah. Sebuah pondok pesantren yang berdiri kokoh di atas bukit daerah Oli Zasirah Leihitu. Dari atas lapangan apel siswa, kita bisa melihat langsung sebuah pemandangan indah di Pantai Hitu dengan warna pantainya yang biru itu menggugah emosiku untuk menulis tulisan ini. Bagaiman tidak, pasir putih yang terjaga di tepian pantai itupun seakan menjadi khiasan warna untuk melengkapi panorama indahnya ciptaan Allah ini. Hanya beberapa menit saja tatapanku harus ku kendalikan karena petualangan ku belum di mulai. 

Ya, aku dan ketiga temanku di panggil oleh wakasek kesiswaan di ruangannya dan selama beberapa menit kami bernegosiasi untuk mengkonfirmasi kembali surat yang kami edarkan beberapa hari yang lalu untuk sosialisasi kuliah tak gentar dan beasiswa meraih asa kepada adik-adik santri dan santriwati di pondok itu. Ternyata pihak  sekolah sangat menantikan kedatangan kami untuk menebar pengetahuan ini. Petualanganku baru dimulai dan aku teringat pada sebuah kata bijak yang pernah ku dengar bahwa" dimanapun kaki berpijak, disitulah kebaikan ditebarkan". Sebuah tanggung jawab besar yang merupakan amanah yang harus di tebarkan kepada mereka yang berada di pelosok-pelosok daerah seperti ini. 

Sebuah perasaan baru yang muncul menyeret imajinasiku tentang kurangnya pasilitas yang di sediakan pemerintah kepada para santri dan santriwati itu. Ruang kelas yang sedikit, lapangan basket yang tak lagi terrawat dan kurangnya tenaga guru yang tersebar di daerah Zasirah Leihitu dan sekitarnya itu. Aku pun memulai petualangan ku dengan modal semangat yang tak tiada tara perlahan aku mengajak mereka semua untuk mengangkat tangan kanan kemudian kepalkan dengan kuat dan katakan aku bisa!!!   .Serentak semua santri dan santriwati itu berteriak dengan penuh semangat seakan ada sejuta harapan yang ingin diwujudnyatakan hanya dengan dua kata yang mengguncang dunia "aku bisa!!". 

Mulailah semangat ku terus membara dan terus berbagi pengalaman serta pengetahuan antara kami berempat kepada adik-adik di pondok itu. Materi motivasi Kuliah Tak Gentar, Beasiswa Meraih Asa serta Profil  Beastudi Etos sudah dipaparkan dengan baik dan antusias mereka untuk mengikuti materi-materi itu juga sangat baik dan aktif. Akhirnya kami pun menyelesaikan road show ke pelosok-pelosok daerah di zasirah Leihitu. Petualangan ku telah selesai dan aku harus berpetualang ke sekolah-sekolah berikutnya untuk menebar kebaikan dan meyakinkan mimpi-mimpi mereka yang telah mereka tulis di dinding kamar mereka, yang jika orang lain bahkan orang tua mereka sendiri melihatnya pasti akan mengatakan itu tidak mungkin nak, kita di pesisir pulau, tidak punya uang, juga kami tidak mampu membiayaimu untuk kuliah.... tapi Allah menjawabnya mungkin melalui program Kuliah Tak Gentar, Beasiswa meraih asa dan profil beasiswa Etos.

Salam Bakri Tambipessy

#KuliahTakGentar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline