Lihat ke Halaman Asli

Puluhan Juta Hanya dari Jualan Indomie Telor?

Diperbarui: 31 Agustus 2018   16:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Gila, 50 juta perbulan hanya dari jualan intel ( indomie telor )? 

Kaget bukan?  

No, itu bukan sesuatu yang perlu di kagetkan atau diwaahkan. Biasa saja dalam dunia usaha jaman Now. Mungkin bagi sebagian orang akan menafikan bagaimana mungkin jualan indomie telor ala warung kopi bisa menghasilkan profit sebegitu besar?

Atau anda termasuk yang berfikiran lebih kritis, " bisa saja sih dengan 15 atau 25 warung cabang yang tersebar dibeberapa tempat". Atau memang warung tersebut punya langganan yang tetap seperti menerima catering atau pesanan lainnya.

Duh, fenomena ini lebih sederhana lo. Kasus ini terjadi pada SATU warung rumahan sederhana yang bahkan tidak lebih mewah dari warung kopi langganan mahasiswa / pekerja lingkungan kampus atau kantor anda.

Bagi kami, kalangan anak muda yang menggeluti dunia usaha di era modernisasi dan digital ini sangat menyadari bahwa sistem bisnis rumahan kini jauh lebih efektif dan efisien. Mengapa ? Ya karena adanya kemudahan infrastruktur yang cukup mampu mensuport kinerja marketing tanpa perlu mengeluarkan banyak cost/biaya untuk sewa lapak dan banyak tenaga kerja.

Khususnya infrastruktur dibidang digital komunikasi internet!

Anak muda sekarang banyak kok yang kaya raya hanya dari bergemul di kamar tidur. Keluar kamar hanya untuk beli rokok dan ketemu pacar, tapi rekeningnya gendut-gendut hehehe..

Kembali ke kasus indomie telor diatas, bahwa ternyata mereka hanya beralih jualan via medium model  digital marketing. Mereka memanfaatkan kelebihan daripada jangkauan pemasaran lewat internet dan platform aplikasi layanan penyedia jasa antar makanan secara online seperti Go-food dan Grab-food.

Mereka bekerja sama dengan perusahan-perusahan  start-up yang melayani deliveri makanan secara online. Hasilnya, luar biasa efektif dan efisien dengan jumlah pesanan perhari mencapai ratusan kali.

Uniknya usaha tersebut tidak membutuhkan tempat yang strategis seperti usaha makanan kovensional pada umumnya. Fokus utama mereka adalah servis kecepatan pelayanan, packaging dan harga yang bersaing. Banyak pelanggannya bahkan tidak tahu pasti lokasi penjualnya dimana karena memang semua transaksi dilakukan secara digital.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline