Lihat ke Halaman Asli

ES TEBU BIKIN GERAH

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Musim hujan kok tiba-tiba ramai yang bicara es tebu?. Es tebu memang minuman nikmat, mereguknya memiliki sensasi sendiri, tidak dimiliki oleh jenis minuman lain manapun. Rasanya segar dan mengayemkan. Apalagi kalau lagi musim panas.

Berbeda dengan kondisi biasanya, es tebu kali ini tidak mengayemkan tapi justru menggerahkan. Ini berawal dari rombongan ketua umum partai pohon beringin ketika berkunjung ke Jambi. Disaat rombongan mampir di sebuah rumah makan dan memesan es tebuyang biasa mangkal ditempat tersebut. Namun entah lupa atau bagaimana, es tebu tidak dibayar. Ketika sang penjual menagih, malah tidak dibayar sebagaimana diharapkan, sampai akhirnya ia pasrah.Setelah insiden ini ramai diberitakan media, barulah malamnya ada yang membayar kepada penjual es tebu tersebut. Tokoh-tokoh partai kuning inipun memberika klarifikasi terkait hal tersebut, alasannyamiskomunikasi.

Sebetulnya kalau dari nominal harga, tentu saja tagihan itu tidak ada apa-apanya bagi rombongan partai besar tersebut, tapi berbeda dengan si penjual es tebu, angka sebegitu tentu bernilai bagi ia dan keluarganya.

Pelajaran yang bisa diambil dari kejadian ini adalah agar kita jangan pernah lalai dari setiap apa yang kita makan dan minum, karena biar bagaimanapun milik orang lain tidak bisa dimakan begitu saja. Walaupun sepele, tapi ini akan bisa menjadi kebiasaan dan berimabas kepada hal-hal yang lebih besar. Patut juga setiap orang belajar kepada sebahagian ahli sufi, ketika mereka melakukan transaksi jual beli dalam bentuk makanan atau minuman mereka akan membayar dulu baru selanjutnya dikonsumsi. Walaupun juga tidak mesti selalu seperti itu, tapi paling tidak seseorang harus bertanggungjawab terhadap setiap milik orang yang dikonsumsinya.

Disamping itu, jangan biasakan menyepelekan dan membuat kecewa orang “kecil”, karena dari tangan-tangan mereka kehidupan ini tetap berputar.

Terimakasih Rakyat kecil

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline