Lihat ke Halaman Asli

Tamariah Zahirah

Guru di SMPN 3 Tambun Utara

Kidung Senja

Diperbarui: 21 September 2023   15:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tema: Kidung Senja

Judul: JANGAN PERGI!

Karya: Zahirah Zahra

Genre: Cerpen 

Jumkat: 1860 Kata

Dalam remang senja yang hampir hilang direnggut kegelapan malam, aku duduk sendiri hanya ditemani kidung kesunyian waktu yang mengendap menjadi sebongkah kerinduan yang entah. Mungkin diri ini terlalu naif, untuk mengungkapkan kejujuran perihal rasa selepas warta yang datang porakporandakan jiwa. 

Kehilanganmu adalah fase terberat dalam hidupku. Bukan soal seberapa cinta dan pengorbanan yang telah berhasil mendominasi meski tanpa apresiasi kita tetap berjuang hinggi di titik ini, tapi terlalu hangat kasih yang menghadirkan kedamaian di setiap kebersamaan. Jika disuruh memilih, mungkin perpisahan ini akan kutukar dengan cucuran air mata. Agar pergimu tak menjadikan lumpuh jiwaku. 

Masih terngiang pagi tadi, saat matahari masih remang menyinari bumi. Sayup-sayup kuncup cahaya meredup kala diterpa awan yang mengitarinya. Tergopoh-gopoh Kak Fitrah datang dengan wajah muram menghampiri kami yang menikmati kesunyian di ruang itu. Ia terdiam sesaat mengatur ritme detak dalam dada. Seakan ada yang ingin disampaikannya namun kelu bibir mengatakan. 

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh. Aku mohon maaf, mengingkari janjiku untuk balik ke CF selepas menepi. Izinkan aku pamit untuk selamanya dari CF. Setelah beberapa hari ini aku merenung, semakin yakin literasi bukan duniaku. Aku sudah tak sanggup ada sini. Aku minta maaf sudah sangat mengecewakan. Endang Astuti tak apa kalau kamu membenciku. Aku siap. Jika ada event insyaallah selama dibutuhkan aku akan membantu dari pembuatan sertifikat juga reward alakadarnya." 

Sederet kata kucerna perlahan-lahan dari Kak Fitrah yang memang sudah beberapa hari ini berpamitan untuk menepi. Aku mencoba memahami setiap kata agar tak salah memaknai. Rasanya seperti mimpi buruk yang datang tiba-tiba membayangi malamku. 

Ada keinginan menanggapinya, namun tanganku seperti gemetaran hatiku dibuat dag dig karena perasaan yang tak menentu. Bimbang, dengan cara apa lagi meyakinkan bahwa keutuhan keluarga ini teramat berharga dari sebuah keegoan semata. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline