Kopi adalah salah satu minuman yang banyak dinikmati oleh banyak orang. Belakangan ini kita ketahui bahwa selama pandemi Covid-19 ini salah satu bisnis yang sedang berkembang dan naik daun adalah bisnis kedai kopi. Para penikmat kopi bisa berasal dari berbagai kalangan manapun termasuk remaja maupun orang dewasa. Kopi biasanya dapat dinikmati dalam keadaan yang panas atau dingin. Kopi juga dapat dinikmati di seluruh negara yang ada di dunia, termasuk Indonesia.
Indonesia adalah salah satu negara yang menghasilkan kopi terbaik setelah Brazil, Columbia, dan Vietnam. Indonesia setiap tahunnya mampu menyumbang 7% kebutuhan kopi di dunia atau kurang lebih setara dengan 600 ribu ton. Kawasan dan lingkungan Indonesia yang memiliki iklim tropis, menjadikan negara kita sangat cocok ditumbuhi berbagai komoditas pertanian dan perkebunan termasuk salah satunya membuat kopi dapat tumbuh dengan baik. Indonesia memiliki perkebunan kopi yang tersebar luas di berbagai provinsi yang ada di Indonesia seperti di Sumatera, Bali, Aceh, Toraja, Flores dan masih banyak lagi. Tiap negara biasanya memiliki ciri khas kopi lokalnya masing-masing. Contohnya seperti di Afrika terdapat kopi liberika dan kopi kolombia, di Amerika terdapat kopi jamaika, dan di colombia, Costa Rica dan nikaragua terdapat kopi caturra. Indonesia sendiri juga memiliki kopi lokal yang terkenal seperti kopi arabika gayo dari Aceh, kopi arabika kintamani dari Bali, kopi arabika Toraja, kopi arabika java dari Pulau Jawa, dan masih banyak lagi.
Sebelum menjadi minuman kopi secara seutuhnya, biji kopi harus diolah terlebih dahulu dengan melewati berbagai proses yang panjang. Biji kopi yang akan diolah menjadi bubuk kopi haruslah biji kopi yang memiliki kualitas tinggi. Biji kopi yang memiliki kualitas tinggi mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri khas seperti mengeluarkan aroma dan rasa manis yang alami, memiiki aroma yang khas dan kuat, berwarna hijau tanpa adanya bintik hitam, mempunyai bentuk fisik yang sempurna tanpa ada celah atau busuk, dan tidak terserang hama serangga. Dengan menggunakan biji yang memiliki kualitas tinggi, cita rasa kopi yang dihasilkan akan menjadi enak.
Pada umumnya, masyarakat meminum kopi hanya untuk menghilangkan rasa kantuk. Hal ini karena adanya kandungan senyawa kafein dalam kopi. Kafein merupakan salah satu zat stimulan yang mana dapat bekerja menstimulasi otak dan sistem saraf pusat yang melibatkan neurotransmitter. Kafein dalam tubuh dapat meningkatkan sekresi norepinefrin serta meningkatkan aktifitas saraf pada berbagai area di otak sehingga tubuh menjadi tidak mengantuk lagi. Namun sesungguhnya manfaat kopi tidak hanya sebatas untuk menghilangkan rasa kantuk saja. Kopi juga memiliki manfaat lainnya seperti di bidang kesehatan yaitu kopi dapat menurunkan resiko terkena penyakit diabetes melitus terutama diabetes melitus tipe 2.
Apa itu diabetes melitus tipe 2?
Diabetes melitus tipe 2 adalah suatu penyakit metabolisme yang memiliki karakteristik hiperglikemia yang mana dapat terjadi akibat kelainan sekresi insulin dan/atau kerja insulin. Sekitar sembilan puluh persen dari seluruh kasus diabetes yang ada merupakan diabetes melitus tipe 2 yang mana diakibatkan adanya gangguan sensitivitas insulin dan/atau gangguan sekresi insulin. Jumlah penderita diabetes melitus tipe 2 di dunia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2020, prevalensi pasien diabetes yang ada di Indonesia sebesar 6,2 % yang mana hal ini berarti terdapat lebih dari 10,8 juta penduduk Indonesia menderita diabetes melitus tipe 2. Untuk mencegah diri dari resiko terkena diabetes melitus tipe 2, upaya yang dapat dilakukan dimulai dari diri sendiri adalah salah satunya dengan meminum kopi.
Bagaimana mekanisme reaksi kopi dapat berfungsi sebagai antidiabetes terutama diabetes melitus tipe 2?
Selain kafein, terdapat kandungan lain dalam secangkir kopi seperti asam klorogenat, asam quinic, dan trigonelin. Senyawa asam klorogenat yang ada dalam kopi dapat membantu menurunkan resiko terkena penyakit diabetes melitus tipe 2. Pencegahan terkena penyakit diabetes pada umumnya dapat dilakukan dengan mengontrol kadar gula atau glukosa dalam darah dengan menghambat aktivitas enzim -glukosidase untuk menghidrolisis karbohidrat menjadi glukosa (C6H12O6) dan meningkatkan sensitivitas dari insulin (Johnston et al. 2003) dengan cara memicu transporter GLUT 4 independen-insulin. Senyawa yang dapat menghambat aktivitas enzim (-glukosidase) merupakan senyawa bioaktif yang berasal dari golongan terpen, alkaloid, dan flavonoid yang mana senyawa ini termasuk kedalam senyawa polifenol. Enzim -glukosidase merupakan enzim yang terdapat dalam saluran pencernaan manusia yang dapat berfungsi untuk mengubah karbohidrat menjadi glukosa yang selanjutnya akan diserap ke dalam darah. Senyawa polifenol ini tidak hanya mampu sebagai inhibitor yang menghambat aktivitas enzim (-glukosidase) namun juga mampu meningkatkan sekresi hormon insulin (Kim et al. 2016). Selain itu, senyawa polifenol juga dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah melalui berbagai mekanisme seperti menghambat hidrolisis karbohidrat menjadi glukosa dan menghambat penyerapan glukosa, menstimulasi peningkatan sekresi hormon insulin oleh sel pankreas, memodulasi glukosa keluar dari hati dan pengaktifan reseptor insulin (Hanhineva et al., 2010; Kim et al., 2016). Senyawa polifenol dapat ditemui diberbagai bahan alam yang mana salah satunya adalah kopi. Senyawa polifenol terbanyak yang terkandung dalam kopi adalah asam klorogenat. Dalam 18 gram kopi terkandung sebanyak 287 mg asam klorogenat (Boon et al. 2017; Farah et al. 2008).
Asam klorogenat khususnya tipe 3-CQA, 4-CQA dan 5-CQA secara in vivo dapat menurunkan kadar glukosa darah (Faraji 2018; Tunnicliffe et al. 2011), yang mana senyawa ini secara tidak langsung dapat menurunkan resiko diabetes melitus tipe 2 melalui mekanisme oksidasi dan posporilasi. Asam klorogenat dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah dengan cara mengganggu transportasi aktif glukosa dan meningkatkan sekresi insulin oleh -pankreas. Namun asam klorogenat memiliki stabilitas dan bioaksesibilitas yang rendah (Limwachiranon et al. 2019). Hal ini menyebabkan metabolisme dari asam klorogenat menjadi lebih lambat. Asam klorogenat teridentifikasi dalam plasma darah pada 4-8 jam setelah mengonsumsi kopi (Farah et al. 2008; Monteiro et al. 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Ji-Ho Lee dkk di Korea selama 2 tahun terhadap pasien membuktikan bahwa komponen aktif kopi, yaitu asam klorogenat dan antioksidan yang kuat, dapat membantu regulasi kadar glukosa darah, menghambat absorbsi glukosa intestinal dan meningkatkan sensitivitas insulin (Lee, 2016).
Berbagai studi dan penelitian telah membuktikan bahwa resiko terkena atau menderita penyakit diabetes melitus tipe 2 lebih rendah pada orang yang meminum kopi secara teratur dibandingkan dengan yang tidak meminum kopi. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr Hu juga membuktikan bahwa pria yang mengonsumsi 6 cangkir kopi dalam satu hari memiliki resiko yang lebih rendah untuk terkena diabetes melitus tipe 2 dibandingkan yang tidak meminum kopi. Dengan meminum kopi 4-6 cangkir sehari dapat menurunkan resiko hingga 29%. Sedangkan untuk wanita yang mengkonsumsi 4-6 cangkir kopi perhari dapat menurunkan resiko terkena diabetes sampai 30%. Namun mengonsumsi kopi yang berlebihan juga tidak terlalu baik dari 4 cangkir kopi.
Setiap jenis kopi atau merek kopi yang berbeda tentunya memiliki tingkat menyangrai kopi yang berbeda. Pada proses menyangrai inilah proses yang penting dalam menggambarkan jenis dan jumlah komponen senyawa bioaktif yang terdapat dalam kopi tersebut (Tuomilehto et al., 2004). Selain itu, teknik menyeduh kopi juga memiliki peranan dalam menghasilkan aroma kopi. Teknik menyeduh kopi tidak hanya berperan dalam jenis aroma yang dihasilkan tetapi juga komponen senyawa bioaktifnya. Tuomilehto et al. (2004) menyebutkan bahwa kopi yang diseduh dengan teknik tubruk atau perendaman dan filter atau bilas memiliki perbedaan respon terhadap penurunan penyakit diabetes. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, orang yang mengonsumsi kopi yang diseduh dengan menggunakan teknik filter dapat menurunkan resiko penyakit diabetes melitus sebesar 2,9 kali lebih rendah daripada orang yang mengonsumsi kopi dengan teknik tubruk. Selain itu, kopi dengan tingkat menyangrai yang lebih gelap akan menurunkan kandungan senyawa bioaktif kopi khususnya asam klorogenat yang bisa mencapai 94.51% (Herawati et al. 2019). Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kopi juga memiliki manfaat dalam bidang kesehatan yaitu dapat mengurangi resiko terkena penyakit diabetes melitus.