Pada akhir April lalu terdapat temuan terkait kasus hepatitis akut yang menewaskan tiga orang anak. Tentu saja hal tersebut membuat cemas para orang tua di Indonesia, kasus dengan hepatitis akut ini terbilang misterius. Terlebih ketika organisasi kesehatan dunia melaporkan kasus yang sama dan kembali menyerang anak-anak di rentang usia 5 tahun hingga usia 16 tahun, dan berdasar keputusan organisasi kesehatan dunia menggolongkannya sebagai kasus luar biasa (KLB).
Ramainya perbincangan terkait penyakit hepatitis akut ini, memberikan dampak yang cukup besar bagi perkembangan dunia kesehatan, untuk terus menggali dan mencari terkait penyebab serta langkah-langkah terkait untuk menangani kasus tersebut, agar masyarakat terutama para orang tua dapat mengenali gejala dari penyakit hepatitis akut ini. Meskipun kabarnya sampai sekarang, penyebab dari hepatitis akut pada anak ini belum dapat diidentifikasi secara menyeluruh.
Namun, hepatitis akut ini dapat dikenali dari ciri-cirinya yang menyerupai hepatitis seperti sakit kuning, sakit perut, diare, muntah-muntah mendadak, buang air kecil berwarna gelap, kemudian buang air besar pucat, dan ada beberapa kasus yang mengalami kejang-kejang bahkan mengalami penurunan kesadaran. Meskipun gangguannya hampir menyerupai hepatitis, namun ketika diperiksa lebih dalam ini bukanlah hepatitis yang mana tidak ditemukan sumber penyakit tersebut berasal dari hepatitis A, B, C, D, maupun E.
Sehingga perlu dilakukan salah satu upaya pencegahan agar keluarga dan anak-anak tidak tertular penyakit ini, sebagaimana diketahui bahwa hepatitis akut ini lebih mengarah pada saluran makanan serta saluran nafas, maka dari itu protokol kesahatan 3M harus tetap dilaksanakan dan diperketat dengan catatan harus tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit-penyakit yang berkaitan dengan salauran makanan.
Hal-hal yang yang harus dihindari di kondisi seperti ini adalah dengan tidak bertukar alat makanan dan tidak makan sembarangan. Karena terkhusus bagi penyakit hepatitis akut ini lebih banyak berkaitan pada makanan walaupun nantinya para pakar masih akan terus melakukan penelitian lebih lanjut lagi, maka dari itu perhatikan pula cara-cara menyajikan makanan.
Terutama melihat kondisi sekarang menjelang hari libur panjang, diharapkan agar selalu waspada dan meperhatikan makanan, serta menjaga jarak terutama pada anak-anak, karena penularan dari hepatitis ini yang belum diketahui secara pasti, meskipun dari beberapa tempat penyakit ini sempat dikaitkan dengan Covid-19, akan tetapi menurut WHO hal ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan Covid-19. Namun, bukan berarti dengan adanya bantahan tersebut membuat longgar protokol kesehatan, karena hal itu menjadi sarana utama sebagai salah satu upaya pencegahan dan vaksinasi.
Maka dari itu, Kemenkes RI memberikan imbauan kepada seluruh masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesahatan sebagai salah satu sarana dan upaya pencegahan yang berkaitan dengan saluran makanan dan pernapasan, di antaranya seperti dengan tetap memastikan selalu mencuci tangan dengan bersih, menghindari makan makanan mentah, dengan memperbanyak minum air putih, menggunakan alat makan pribadi, jika bepergian ke luar rumah, membuang tinja dan popok bekas ke tempatnya, tetap waspada serta hindari kontak dengan orang yang terpapar penyakit, senantiasa memakai masker dan menjaga jarak, hindari berenang di kolam renang umum, tidak bermain di kolam bola anak, serta tetap tenang dan hindari memegang apapun yang sering dipegang orang lain.
Dengan memahami gejala awal serta mampu mengidentifikasi gejala tersebut sejak dini, hal ini setidaknya mampu untuk meminimalisir dan menghindari risiko kematian pada anak. Sebab melakukan pencegahan haruslah berangkat dari kesadaran pribadi dengan senantiasa menjaga pola hidup bersih dan sehat, dan protokol kesehatan secara disiplin agar tidak mudah tertular penyakit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H