Mudah untuk mengayuh sepeda di tengah jalanan lapang saat car free day. Tapi menghalau terik di sela kendaraan pembuang asap dengan membonceng kardus penuh buku? Siapapun harus punya alasan yang sepadan.
Teman saya, Muhammad Akbar, punya alasan yang membuatnya bersedia mengayuh sepeda dari Manggarai, Jakarta Selatan (sekretariat Komunitas 1001 buku) hingga ke Taman Baca Himmata di Plumpang, Jakarta Utara, lalu beberapa hari kemudian ke Taman Baca Asmanadia di Solear, Tangerang.
“Prihatin banyak anak di bawah umur mengendarai sepeda motor. Dengan mengantar buku dengan bersepeda, saya ingin mengingatkan mereka akan bahayanya mengendarai sepeda motor di jalan raya, dan mengajak anak kembali membaca buku. Dengan buku, anak-anak bisa pintar dan berwawasan luas. Dengan bersepeda, mereka bisa hidup sehat. Seimbang antara otak kiri dan kanan,” ungkap Staf Pelayanan Lapangan (SPL) Secure Parking di Gandaria City ini.
Program jemput buku dari donatur dan mengantarnya ke taman baca itu dinamai Akbar : Bike for Hope, Book for Hope. Buku-buku yang sudah disortir di sekretariat 1001 buku biasanya dikirim via pos. Namun, biaya pengiriman buku memang cukup besar (2 – 3 juta sekali pengiriman). Jadi, Akbar berpikir untuk mengantarnya dengan sepeda. Sekalian kenalan sama pengelola taman baca, katanya.
Program Akbar mendapat dukungan penuh dari pendiri Jakarta Games Society (JGS), Alfa Febrian, yang adalah mantan ketua Bike to Work. Dua Maret lalu, bersama rekan JGS dan relawan lain, Yanuardi Tofan, Akbar menjemput donasi buku dari warga komplek PELNI Depok. Ada 10-an kardus besar, diangkut dengan mobil bak millik Alfa. Selain buku, JGS juga mengantarkan paket jajanan anak. “Paket bantuan banjir dari JGS yang belum terdistribusi,” kata Akbar.
Saya tercenung mengamati bagaimana perjalanan buku-buku itu hingga tiba di tangan-tangan mungil di taman-taman baca. Ucapan Mahatma Gandhi ternyata belum usang. Be the change you wish to see in this world. They did it.
[caption id="attachment_299574" align="alignright" width="800" caption="Paket buku ke Himmata, Plumpang ini diantar saat Jakarta masih dikepung banjir "]
[/caption]
NB : Dan status WhatsApp Akbar (yang biasa dapet shift kerja malam) saat saya mengetik ini berbunyi "Kapan tidurnya ini." :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H