SAMARINDA, IAIN NEWS,- Perhatian besar ditunjukan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda dalam mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender di lingkungannya.
Sebagaimana dikatakan Rektor IAIN Samarinda, Dr. H. Mukhamad Ilyasin, M.Pd, “Salah satu bukti bahwa kita tetap memperhatikan kesetaraan gender di lingkungan IAIN adalah dengan gelaran sosialisasi Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG) dan Anggaran Responsif Gender (ARG),” ungkap Rektor.
Sosialisasi PPRG dan ARG IAIN Samarinda dipusatkan di Hotel MJ Jalan KH. Khalid No. 1 Pasar Pagi Samarinda dengan diikuti oleh seluruh unsur pimpinan, karyawan serta dosen, Rabu, (19/10/2016).
Kegiatan ini diadakan berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang pengurus utamaan Gender (PUG) dalam Pembangunaan Nasional. Instruksi ini mengamanatkan kepada semua Kementerian dan Lembaga Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, untuk mengintegrasikan PUG saat menyusun kebijakan, program dan kegiatan.
Hadir sebagai pemateri dalam sosialisasi Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG) dan Anggaran Responsif Gender (ARG) di IAIN Samarinda yakni Farhatin Ladia, S.Sos, M.Si, Kepala Sub bagian Evaluasi dan Perencanaan Dirjen Pendis Kemenag RI dan Prof. Hj. Siti Muri’ah Guru Besar IAIN Samarinda.
Dalam penjelasannya, Farhatin Ladia S.Sos, M.Si menerangkan bahwa penerapan PUG ini bertujuan untuk mendorong terwujudnya keadilan dan kesetaraan gender (KKG) dalam bidang pendidikan Islam dengan cara mengintegrasikan PUG ke dalam perencanaan yang disusun.
“Manfaat Penyelenggaraan PUG ini adalah untuk mengurangi kesenjangan serta untuk memperoleh akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat yang sama dari hasil pembangunan,” ungkap Farhatin Ladia.
Menurut Farhatin, isu gender dalam peningkatan kualitas pendidikan meliputi berbagai topik yang berkaitan dengan kondisi, peran, posisi, tanggung jawab, dan pengalaman perempuan dan laki-laki, atau relasi di antara keduanya baik dalam kehidupan domestik maupun publik.
Isu gender dapat terjadi di semua bidang pembangunan, seperti politik, ekonomi, kesehatan, keluarga, keagamaan, pendidikan, dan lain-lain. “Karena itu, perspektif gender merupakan cross cutting issues,” sebutnya.
Farhatin juga mengutarakan bahwa isu gender sangat berpengaruh terhadap hasil pembangunan, karena itu mengintegrasikan gender dalam berbagai bidang pembangunan menjadi suatu keharusan, apalagi di bidang pendidikan.
“Pengabaian isu gender dapat menjadi sebab kegagalan sebuah pembangunan, sebaliknya mengintegrasikan gender dalam pembangunan akan berdampak pada terwujudnya masyarakat yang demokratis, setara dan berkeadilan. ARG tidaklah fokus pada penyediaan ARG tapi lebih kepada mewujudkan keadilan bagi perempuan dan laki-laki,” pungkas Farhatin Ladia.#Tamam dok pri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H