Lihat ke Halaman Asli

Wuw, Jika Begini, Petani Kita Bisa Kaya!

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14230303521956335325

Hebat dan luar biasa. Begitulah kala saya membaca berita ini. Dilansir dari tribbunnews, diberitakan tentang adanya tiga buah foto di Akun Facebook Milah Yabmob yang menjelaskan model menanam padi yang aman, sehat dan jauh lebih produktif. Petani yang mengamalkannya, tentu bakal lebih sejahtera kehidupannya.

[caption id="attachment_394878" align="aligncenter" width="448" caption="tribunnews.com"][/caption]

Alasannya? Model pertanian tersebut memperlihatkan penerapan sistem organik yang sekaligus bertani dan memelihara ikan. Milah menyebutnya dengan sistem mina padi, yaitu tanam padi sekaligus memelihara ikan. Keunggulannya, tanam padi tersebut tanpa perlu menggunakan pestisida. Karena itu, aman secara kesehatan. Lagipula, pestisida dapat membuat ikan tak bisa hidup.

Kalau diamati dari foto yang diunggah, pertanian yang berlangsung di daerah Ngemplak, Sleman, Yogyakarta tersebut, berarti selalu butuh pasokan air yang cukup. Sayang sekali, belum dijelaskan seberapa pengaruh ikan terhadap pertumbuhan padi itu sendiri. Termasuk, bagaimana cara menjaga pasokan air agar terus terjaga proporsinya.

[caption id="attachment_394879" align="aligncenter" width="448" caption="tribunnews.com"]

1423030391455285608

[/caption]

Meski begitu, ini sesuatu yang banged bagi para petani kita. Selain bisa menghasilkan padi, juga bisa mengambil manfaat dari bisnis ikan itu sendiri. Jenis ikan yang dipelihara Milah adalah jenis babyfish. Ikan ini ditebar di tengah sawah saat sudah musim tanam. Lantas, bagaimana jika yang dipelihara adalah ikan jenis lainnya? Belum diulas dari catatan Milah tersebut. Namun sekilas ia menjelaskan fenomena tanam padi di daerah Aceh yang menceritakan tentang belut dan hewan lainnya yang pernah hidup di sawah.

“Sawah di Aceh tidak lagi alami karena banyak mengandung kimia. Karena sulit menerapkan tanam mina padi. Ikan dan jasad renik tidak bisa hidup di ekosistem terkomtanminasi zat kimiawi,” catat Millah. Lebih lanjut ia menegaskan, “Itulah kenapa sawah di Aceh sudah tak ditemukan lagi belut dan hewan-hewan alamiah lainnya yang dulu sering ditemukan”.

[caption id="attachment_394880" align="aligncenter" width="448" caption="wah, mangstab juga ini sawahnyahh | tribunnews.com"]

1423030419933090111

[/caption]

Wah, ini berarti benar-benar peluang bagi para petani untuk kembali hidup bersama alam, dan mengembangkan prospek yang mampu mengangkat taraf hidup yang lebih baik. Sayangnya, sepertinya wartawan yang menulis, masih sebatas mengulasnya dari facebook, belum terjun langsung ke tempat kejadian.

Andaikan nanti, wartawannya yang mengunggah tersebut bisa lebih mendalam melakukan liputan, sudah pasti benar-benar mampu memberi inspirasi dan menumbuhkan semangat para petani. Ini sangat membantu membangkitkan perputaran ekonomi dan bagaimana cara hidup yang lebih bergizi dan lebih sehat.

Kalau sudah begitu, bukannya tidak mungkin, di masa-masa mendatang, profesi sebagai petani akan sangat menjanjikan. Sekali lagi, bukan hanya berhenti soal peningkatan kualitas ekonominya, tetapi juga kualitas kesehatan masyarakatnya itu sendiri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline