Halo, saya Tami. Salam Edukasi! Salam Bahagia!
Artikel kali ini akan membahas tentang strategi mewujudkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan harus berpihak pada peserta didik. Apa saja sih pemikiran Ki Hadjar Dewanara tentang pendidikan?
Ada empat aspek pemikiran KHD tentang pendidikan yang menjadi landasan terbentukanya kurikulum merdeka, yaitu (1) pengajaran dan pendidikan, (2) kodrat alam dan kodrat zaman, (3) budi pekerti, (4) sistem among, dan (5) menuntun.
Strategi untuk mewujudkan pemikiran KHD tersebut dapat dilakukan dengan merefleksikan kesenian daerah ke dalam proses pembelajaran. Kesenian tersebut dapat disesuaikan dengan daerah dimana satuan pendidikan berada. Seperti misalnya daerah Kabupaten Tegal memiliki salah satu kesenian Balo-Balo.
Kesenian Balo-Balo merupakan seni tradisional asal Tegal yang sejatinya sudah menjadi bagian dari masyarakat sejak lama. Istilah balo-balo berasal dari kata "bolo-bolo", yang berarti kawan-kawan. Seni rakyat ini memadukan musik, tari, dan lakon dalam pementasan.
Konon, kesenian Balo-Balo yang telah ada sejak penjajahan Belanda, itu semula digunakan sebagai sarana syiar atau dakwah agama Islam. Namun, dalam perkembangannya, kesenian ini justru digunakan untuk mengelabuhi para penjajah.
Ketika para pejuang berkumpul menyusun strategi melawan penjajah, warga lain berkerumun sembari menabuh rebana dan asyik berdendang. Ini membuat para penjajah tidak curiga dan menganggap warga sedang bersenang-senang menggelar hiburan.
Kini, Balo-Balo digelar untuk menjalin komunikasi antarwarga. Lantunan syair yang dituturkan para lakon menggunakan dialek Tegal deles (asli), tanpa unsur bahasa Indonesia maupun bahasa daerah lain. Lagu tersebut dinyanyikan dengan iringan perkusi.
Adapun pengiring syair puja, puji, kritik, serta guyon wangsalan khas Tegal itu adalah musik rebana, kendang, gending slendro, bas, serta gitar. Dalam pentas, tak jarang penonton tebahak atau bertepuk tangan di tengah alunan musik gending-gending tegalan yang dinamis. Tabuhan kendang Jawa dan petikan bas juga semakin bikin hati berdesir.
Kesenian Balo-balo dapat direfleksikan ke dalam proses pembelajaran untuk menguatkan nilai luhur sosial-budaya yang ada di daerah Kabupaten Tegal. Pada proses pembelajaran IPA, kesenian Balo-Balo dapat dihubungkan dengan materi Bunyi, Gelombang, dan Getaran. Guru dapat memberikan apersepsi berupa pertanyaan pemantik bahwa bunyi yang dihasilkan dari rebana dan alat musik lain yang digunakan untuk mengiringi tarian Balo-Balo merupakan bunyi hasil dari getaran suatu benda padat yang dipukul, ditiup, dan dipetik.