Siapa yang tidak kenal dengan jagoan yang bernama Si Pitung, dimana orang selalu memberikan nama sebutan buat jagoan yang selalu membantu orang miskin. Oh iya siapa nih yang mengira kalau Pitung itu nama orang ? ternyata nama si Pitung itu berasal dari bahasa Jawa yang berarti Pituan Pitulung berjumlah 7 orang penolong yang merupakan kelompok berasal dari santri. Kali ini bertepatan dengan 15 tahun Kak Ira Lathief berkarier sebagai tour guide, aku bersama Kotekasiana (komunitas traveler kompasiana) dan Wisata Kreatif Jakarta menelusuri rumah Si Pitung yang berada di museum kebaharian Jakarta Situs Marunda , Jl Kampung Marunda kec.Cilincing. Ternyata daerah Cilincing Marunda ini terdapat pantai di Jl. Rekreasi dan pada zaman Belanda juga terdapat resort Cilincing
Di atas lahan tanah yang luasnya 3000 m2 rumah ini dibangun dengan arsitektur konsep rumah Bugis dimana asal rumah ini adalah kepunyaaan orang Makassar, Bugis yang akhirnya dibeli oleh Pemprov DKI untuk menjadi cagar budaya, konon di rumah ini sering menjadi tempat persembunyian si Pitung.
Untuk barang yang ada di dalam rumah ini adalah hasil dari wakaf Babe Ridwan Saiji, uniknya di area belakang terdapat perahu atau kapal besar yang seolah sedang bersandar.
Setelah menelusuri rumah si Pitung para peserta melanjutkan dengan mendengar cerita dari Kak Ira Latief yang telah 15 tahun berkarier sebagai tour guide serta sharing session untuk mendengarkan juga pengalaman sebagai tour guide, dilanjutkan dengan doa bersama serta ada penganan yang dapat dinikmati peserta yaitu kue asal dari daerah Betawi atau Jakarta yaitu kue Pepe, Kue talam, lemper dan juga ada roti buaya.
Setelah itu dilanjutkan menuju mesjid Al Alam Marunda, mesjid ini dibangun dalam waktu 1 malam, terdapat sumur yang tidak pernah kering dan dipercaya sebagai sumur karomah. Di mesjid ini juga terdapat makam kyai atau Habib .
Setelah itu para peserta menuju ke Pantai Marunda untuk menikmati sunset .
Itulah perjalanan menelusuri rumah si Pitung yang sangat mengesankan, karena dilakukan dengan menggunakan transportasi publik yaitu kereta api atau transjakarta sampai Tanjung Priok dan dilanjutkan dengan angkutan umum seperti Jaklingko dan turunnya tepat di depan rumah si Pitung.