Lihat ke Halaman Asli

Kaitan Isu Kekerasan Seksual di Indonesia Melalui Film Penyalin Cahaya

Diperbarui: 2 Juli 2022   20:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

potongan adegan film penyalin cahaya

Film penyalin cahaya (2021) merupakan salah satu film yang menveritakan bagaimana korban pelecehan seksual berusaha untuk mendapatkan keadilan dengan mengumpulkan semua bukti yang ia dapatkan. Meskipun semua bukti telah dikumpulkan oleh Suryani yang merupakan tokoh utama dalam film ini, ia tetap tidak bisa mendapatkan haknya sebagai korban karena pelaku pelechan merupakan orang yang memiliki pengaruh cukup besar di Universitasnya sehingga pihak Universitas membela pelaku sedemikian rupa hingga bahkan membuat Suryani harus kehilangan beasiswanya dan membuat penakuan bahwa apa yang ia tuduhkan kepada pelaku merupakan tuduhan palsu dan ia meminta maaf karena telah mencemarkan nama baik pelaku.

potongan adegan film penyalin cahaya

potonggan adegan film penyalin cahaya

Tampak melalui ketiga gambar di atas bahwa kelas bawah tengah memperjuangkan hak mereka atas musibah yang telah terjadi, dalam hal ini ialah pelecehan seksual yang dialami oleh Suryani. Namun sayangnya, setiap perkataan maupun bukti yang diberikannya sama sekali tidak didengar oleh pihak yang memediasi kejadian tersebut dan memihak laki-laki yang telah melakukan hal tersebut dengan tuduhan bahwa Suryani masih dibawah pengaruh alcohol dan dibawah pengaruh kesedihan akibat kehilangan beasiswanya.

Isu-isu seperti ini kerap terjadi di Indonesia dimana korban pelecehan dan kekerasan seksual tidak mendapatkan keadilan, bahkan untuk menyuarakan kesedihan mereka pun tidak bisa karena akan dianggap membual dan dituduh bahwa perempuanlah yang menggoda laki-laki dengan dalil "tidak ada kucing yang menolak ikan". Pihak Universitas pun cenderung akan menutupi bahwa telah terjadi insiden pelecehan dan kekerasan seksual di areanya untuk tetap menjaga citra baik nama Universitasnya. Ini menggambarkan sulitnya menangani kasus kekerasan seksual karena institusi sering menunjukkan dukungan yang terbatas, dan para penyintas cenderung tetap diam (dimotivasi oleh dogma sosial budaya dan agama) untuk melindungi diri mereka sendiri dan institusi.

Hal ini pun menunjukkan bahwa dengan kekuasaan dan identitas yang dimilikinya membuat pelaku dapat melakukan segala hal untuk tetap membuat namanya bersih, sedangkan orang yang tidak memiliki kekuasaan dan identitas yang cukup terpandang membuat orang tersebut akan kalah meskipun banyak bukti yang telah ditunjukkan. Oleh karena itu, isu-isu pelecehan dan kekerasan seksual yang terjadi di Indonesia juga seringkali membuat korban hanya diam karena terkadang pelaku memiliki kekuasaan yang melebihi korban sehingga membuat korban akan merasa percuam melaporkan telah terjadi pelecehan dan kekerasan karena orang tidak akan mempercayai hal tersbeut karena hal tersebut terbentuk dari identitas yang telah dibangun oleh pelaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline