Wabah virus Corona yang saat ini melanda ratusan negara tentunya meresahkan, terutama bagi kami para jobseeker. Bagaimana tidak, saat ini banyak perusahaan yang menunda sementara proses recruitment karyawan baru dikarenakan wabah tersebut. Perusahaan tidak mau ambil pusing karena karyawanya pun saat ini banyak di pekerjakan dirumah.
Bagi kami para jobseeker pastinya dag dig dug nggak karuan dong. Saya merupakan salah satunya. Saya resign dari perusahaan sebelumnya di akhir bulan Februari lalu. Tidak hanya berdiam diri, saya pastinya sudah berusaha apply di beberapa perusahaan.
Namun ya bagaimana, karena saya saat ini tinggal di Jogja dan perusahaan yang saya apply sebagian besar berada di Jakarta. Which is, virus Corona sedang banyak berkembang disana.
Tiga perusahaan sedang saya tunggu kabar baiknya. Ketiganya pun sama-sama berada pada tahap menunggu interview user. Rasanya sudah pasti panas dingin nggak karuan.
Apalagi saya sudah mencoba mengirim e-mail ke perusahaan dan dari pihak perusahaan mengambil kebijakan untuk menunda sementara proses recruitment ini.
Saya banyak membaca berita media online, berita di televisi yang menyatakan bahwa status darurat virus Corona ini diperpanjang hingga 29 Mei 2020. Itu berarti, para jobseeker ini harus lebih bersabar menunggu offering letter. Walah, pertanda apalagi ini. Bagi kami para jobseeker, menunggu adalah suatu hal yang membuat kami lama-lama juga bisa menjadi stress!
Meskipun, kalau saya scroll di penyedia jasa lowongan kerja hingga Instagram. Masih banyak juga perusahaan yang membuka lowongan untuk beberapa posisi. Tapi kan tetap saja, diluar sana virus ini masih berkeliaran dan kita sendiri tidak tahu orang mana saja yang telah terinveksi.
Diluar sana banyak orang menggaung-gaungkan WFH (Work From Home), #DirumahAja, dan campaign lainya seolah-olah tidak memikirkan nasib para jobseeker ini.
Kami yang membutuhkan pekerjaan untuk tetap bertahan hidup. Karena saat ini lawan terberat kami bukan lagi kandidat lain namun sebuah wabah yang membuat kami tidak bisa melakukan apa-apa.
Mendengar cerita dari berbagai teman saya sebenarnya turut membuat saya prihatin. Bagaimana tidak, teman saya yang bekerja sebagai sutradara film harus menunda jadwal shooting yang entah sampai kapan karena wabah ini. Para kru film pastinya tidak mau mengambil resiko karena dalam membuat satu film saja, puluhan hingga ratusan orang bisa terlibat.
Cerita yang lebih menyedihkan lagi datang dari teman saya yang bekerja sebagai Marketing Communication di salah satu penyedia jasa layanan travel. Menurut ceritanya, omset perusahaan dengan kejadian luar biasa seperti ini membuat omset perushaan menurun drastis.