Lihat ke Halaman Asli

Talita Hariyanto

Mahasiswa Universitas Airlangga

Cerpen "Batavia yang Tak Sesuai Rencana Lucretia" Karya Sasti Gotami: Refleksi Pahit tentang Superioritas Bangsa Barat

Diperbarui: 28 Juni 2024   04:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: Rahardi Handining, 2013. https://www.kompas.id/baca/sastra/2023/01/14/batavia-yang-tak-sesuai-rencana-lucretia

Pengalaman kesejarahan tak hanya dapat diuraikan dan dipelajari melalui ilmu sejarah. Karya sastra sebagai dokumen sosial budaya juga kerap disusupi unsur kesejarahan pada bagian alur, tokoh, latar, maupun sudut pandang. Karya sastra menjadi sarana penyampaian aspirasi, amanat, hingga gambaran masa lalu yang sungguh-sungguh terjadi. Meski tidak menutup kemungkinan akan adanya unsur fiksi yang menyokong penceritaan, karya sastra tetap dapat dikategorikan sebagai rekaman peristiwa-peristiwa sejarah. Peristiwa erat kaitannya dengan karya sastra, begitu pula unsur kesejarahan yang erat kaitannya dengan era kolonialisme. 

Cerpen "Batavia yang Tak Sesuai Rencana Lucretia" mengandung rekam jejak kolonialisme. Cerpen ini berlatar sosial budaya dan sejarah, yaitu pada masa kolonialisme Hindia Belanda di Nusantara, di mana wabah tuberkulosis menjadi penyakit mematikan yang menghantui seluruh entitas manusia. Dalam cerpen ini, dikisahkan gambaran mengenai pendudukan Belanda yang diwakili oleh seorang tokoh perempuan bernama Lucretia. 

Orientalisme kerap dimaknai sebagai konstruksi historis terhadap masyarakat Timur beserta kebudayaannya sebagai “sesuatu yang asing”. Namun, “asing” di sini bukan lagi dimaknai sebagai indah atau eksotis, melainkan aneh dan berbahaya. Menurut pandangan Barat, Timur sangat memenuhi kriteria untuk dianggap sebagai kaum bar-bar, bodoh, kasar, irasional, kekanak-kanakan, bahkan bejat moral.

Orang-orang Timur dikisahkan sebagai makhluk yang kurang bermutu, mudah ditipu, malas, mencurigakan, gemar berpura-pura, dan licik. Hal ini lantas berbalik seratus delapan puluh derajat apabila dibandingkan dengan pelabelan bangsa Barat. Barat menilai dirinya rasional, berbudi luhur, normal, dan memiliki tingkat intelegensi tinggi. Berikut bukti-bukti yang menguak betapa mengakarnya orientalisme Barat terhadap Timur, khususnya dalam cerpen "Batavia yang Tak Sesuai Rencana Lucretia". 

1. Cara Pandang Barat terhadap Timur: Sarang Penyakit

“Sepanjang jalan, sais itu hanya bungkam dan menghentakkan tali kekang, sedangkan si kuda yang kurus itu melenggang dengan tenang. Itu lebih baik bagi Lucretia karena ia pun malas berbincang dengan kaum pribumi yang penyakitan. Toh ia tak pernah tahu apakah di setiap ucapan si pribumi itu akan disertai embusan udara yang sarat kuman tuberkulosis.” 

Berdasarkan kutipan di atas, diketahui bahwa Lucretia yang merupakan keturunan Belanda sangat menganggap rendah kaum pribumi yang dalam konteks tersebut dipekerjakan sebagai sais atau kusir. Bahkan lebih parahnya lagi, Lucretia tak segan memberikan label ‘penyakitan’ kepada orang tersebut, dan kepada seluruh kaum pribumi pada umumnya, karena pada saat itu Batavia sedang dilanda wabah tuberkulosis yang mematikan. Ia sebagai representasi bangsa Barat telah melakukan penindasan terhadap bangsa Timur. Tidak hanya melalui tindakan, tetapi sejak dalam pikiran ia telah mendiskreditkan para pribumi. 

2. Cara Pandang Barat terhadap Timur: Tertinggal dan Butuh Diselamatkan

“Seharusnya para pribumi itu bersyukur ketika Belanda datang ke bumi mereka dan membawa peradaban modern dan menyelamatkan mereka dari gempuran penyakit mematikan.”

Berdasarkan kutipan di atas, diketahui bahwa Lucretia yang merupakan keturunan Belanda sangat meremehkan kaum pribumi. Ia menganggap kaum pribumi hanyalah kaum terbelakang, tidak berkembang, kolot, kuno, dan perspektif menyudutkan lainnya. Lucretia bermegah diri, ia meyakini bahwa hanya bangsa Eropalah yang memiliki peradaban paling modern, sehingga seluruh negara harus diselamatkan oleh bangsa Eropa terlebih dahulu agar dapat berkembang dan maju, tak terkecuali bangsa Timur. Entah bagaimana sudut pandang Lucretia terhadap bangsa Timur seandainya ia tetap tinggal di Leidseplein, Amsterdam. Namun yang pasti, ketika ia tinggal di Batavia, ia telah terpapar ideologi kolonial Belanda yang merebak di sekitarnya, bahwa Belanda lebih unggul dalam segala aspek kehidupan daripada Nusantara. Inilah yang menyebabkan Belanda percaya diri untuk menduduki Nusantara, sehingga dapat melakukan penjajahan besar-besaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline