Lihat ke Halaman Asli

Tilik Pabrik Ganja, Mau Ikut?

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14266305601775508960

Bicara soal ganja, asosiasi orang biasanya langsung mengarah ke narkoba. Padahal, pohon ganja tidak hanya sumber ‘malapetaka’ tapi juga banyak manfaatnya. Salah satunya ialah serat ganja.

2013 lalu, saya dan beberapa kolega kunker ke salah satu pusat pengolahan serat ganja di kota Oude Pekela, provinsi Groningen, Belanda. Kota ini selemparan batu jaraknya dengan perbatasan Jerman.

Sedikit catatan saya bisa diikuti sebagai berikut. Mudah-mudahan tak seperti notulen kantor, ya. Hehe…

[caption id="attachment_403654" align="aligncenter" width="600" caption="Foto: A. Rieuwpassa"][/caption]

Begitu memasuki lahan pabrik, tercium bau tanah basah. Debu beterbangan di sekeliling. Samar-samar, hidung saya mengendus aroma ganja. Mesin-mesin berdentum memecah hening. Pisau mesin-mesin itu memotong batang-batang pohon ganja yang baru dipanen. Crek crek crek…

Mark Reinders (31), direktur pabrik itu memperkenalkan diri.

“Selamat datang di Hempflax!” ujarnya sembari mengusap mesin di sebelahnya.

Tanpa basa-basi, ia langsung cerita antusias tentang kegiatan pabriknya, Hempflax. Kendati kotanya disebut salah satu kawasan dengan angka pengangguran tertinggi di Belanda, ia tak patah arang. Mark ingin menciptakan lapangan kerja dan membantu rekan-rekannya, sesama petani dan buruh di Oude Pekela.

Berseragam overall biru, Mark mondar-mandir di pabriknya.

“Dulu, pabrik ini memproduksi karton dari jerami. Banyak penduduk menggantungkan nafkahnya di sini,” terangnya.

Kakek Mark, 20 tahun lalu, memutuskan menanami ladangnya dengan ganja. Kini, Mark mengambil alih usaha turun-temurun keluarganya.

“Pertama-tama, tentu saja orang kaget mendengar ladang ganja keluarga kami. Tak banyak yang tahu, tanaman ganja pun macam-macam jenisnya,” ujar Mark.

Kompasianers, buat perbandingan, sebatang rokok ganja linting atau biasa disebut joint di Belanda, mengandung kira-kira 16% THC (tetrahidrocannabinol), zat aktif ganja yang membuat pemakainya stoned. Nah, ganja yang dibudidayakan oleh Mark kadarnya 0,2%.

Pemda setempat pun pernah menutup pabrik milik keluarga Mark karena khawatir menjadi ‘bandar’ obat bius. Barulah di awal tahun 90-an, pemerintah Belanda mengeluarkan ketetapan, jenis tanaman ganja atau cannabis yang ditanam oleh keluarga Mark bukan termasuk psikotropika. Pabrik Hempflax diizinkan beroperasi kembali.

“Analoginya, seperti bir reguler dengan bir non alkohol. Butuh berkilo-kilo daun cannabis dari ladang kami sampai orang merasa high,” tegas Mark setengah bercanda. Haha…

[caption id="attachment_403656" align="aligncenter" width="600" caption="Foto: A. Rieuwpassa"]

14266305951763211440

[/caption]

Di pabrik Hempflax, serat-serat ganja dipisahkan dari batangnya. Serat ini, istilah keminggrisnya hemp, menurut Mark, adalah salah satu jenis serat alami terkuat di dunia. Serat ganja olahan Mark didistribusikan untuk pabrik-pabrik mobil ternama, misalnya Jaguar, BMW, Bentley, dan Mercedes.

Hempflax memiliki sekitar 600 hektar ladang ganja di provinsi Groningen dan Drenthe. Serat ganja ini pun multi guna. Selain untuk bahan isolasi pintu dan dasbor mobil, serat ini dapat diolah menjadi kertas untuk rokok linting, vas bunga, bahan baku uang kertas, serta pasir khusus jambannya hewan peliharaan di dalam rumah, umpamanya buat si meong.

2012 silam, imbas krismon, pemerintah Belanda menghapus subsidi untuk petani tanaman alternatif seperti ini. Hanya ladang-ladang penting penghasil gandum dan jagung tetap mendapat tunjangan. Bisa ditebak, petani-petani ganja pun beralih ke ladang konvensional.

Pabrik Hempflax tak luput pula dari resesi. Jumlah pegawainya berkurang drastis, dari ratusan pekerja sekarang tercatat 51 orang. Ironisnya, Oude Pekela, berpenduduk 13.000 jiwa, pernah jadi kota makmur di Belanda. Putar akal, akhirnya Mark melebarkan sayapnya mulai 2014 ke Rumania, Eropa Timur.

“Harga tanah di sana sepuluh kali lebih murah dibanding Belanda. Mudah membeli ladang setara dua ribu kali lapangan bola buat ditanami ganja,” tutur Mark.

Namun, Mark tetap ingat rekan-rekannya. Serat ganja kasar dari firmanya di Rumania tetap dikirim dan diolah di Belanda. Minimal, sedikit upaya mengurangi angka pengangguran di daerah asalnya. Kacang tak lupa kulitnya…

Proyek rintisan Mark ini dijadikan percontohan untuk Amsterdam. Di kawasan industri ibukota Belanda terdapat beberapa lahan terbengkalai yang dapat ditanami mariyuana ‘spesial’ ini. April 2015, rencananya area seluas 26 hektar akan disemai ganja. Dalam satu tahun, tanaman ini dapat dipanen.

Tanaman ganja ini pun ramah lingkungan karena tak ada yang dibuang. Semua sisa pengolahan dapat dijadikan kompos. Selain berfungsi sebagai paru-paru kota di kawasan industri, akar tanaman sekaligus bermanfaat sebagai penyangga air. Ringkasnya, sejalan dengan program ekonomi regional dan sinambung yang lagi booming.

Salam ‘melayang’ tanpa ganja!

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline