“Pria sakit kanker payudara? Masa sih? Emang bisa gitu?” celetuk rekan-rekan sekantor saya sewaktu maksi jelang akhir pekan lalu. Kanker payudara pada pria boleh dibilang langka. Namun, jumlah penderita kanker payudara pria di Belanda mulai meningkat beberapa tahun belakangan. Mengutip situs Yayasan Kanker Belanda, Pink Ribbon, tiap tahun di Belanda ada sekitar 100 pria terkena kanker payudara dan 0,2% kanker yang terdeteksi pada pria menggerogoti buah dada. Buat perbandingan, angka tersebut pada wanita adalah 31%. Kanker payudara tak pandang bulu dan bisa menyerang laki-laki atau perempuan di segala usia. Tapi, usia rawan dan penderita kanker payudara terbanyak pada pria tercatat antara 60 dan 80 tahun. Menurut Pink Ribbon, bisa dihitung dengan jari pria-pria muda yang terkena kanker payudara per tahun. Sayang, banyak orang tak tahu, kaum adam dapat pula terkena kanker payudara. Biasanya, pria enggan memeriksa dadanya dan menunda pergi ke dokter. Pria pun kerap mengabaikan gejala kanker payudara seperti benjolan tak nyeri, cairan dari puting atau perubahan penampilan puting. Bagi kebanyakan pria, masih sulit menerima terjangkit ‘penyakit feminin’ yang biasa diderita oleh kaum hawa. Selain itu, (wacana) penelitian seputar kanker payudara pada pria juga masih sedikit dibanding kanker payudara pada wanita.
[caption id="attachment_219726" align="aligncenter" width="600" caption="Foto: Willem Poelstra"][/caption] Buah dada pria dewasa sebenarnya mirip dengan payudara seorang gadis sebelum menginjak pubertas. Baik buah dada lelaki maupun perempuan memiliki kelenjar susu di sekitar puting. Pada perempuan, kelenjar ini—di bawah pengaruh hormon oestrogen—terus berkembang. Sebaliknya, hormon testosteron menahan pertumbuhan buah dada pada anak laki-laki. Kadang, ketidakseimbangan hormon mempengaruhi perkembangan payudara. Anda mungkin pernah lihat remaja lelaki berdada montokseperti perempuan? Bukan kumis montok, lho. Haha…Atau bertemu pasien kanker prostat pasca operasi yang tiba-tiba payudaranya membesar karena terapi hormon oestrogen? Apa sih penyebab kanker payudara pada pria? Majalah Cancer World edisi September 2009 menurunkan sebuah artikel menarik. Mengutip majalah tersebut, faktor risiko penentu kanker payudara pada pria dan wanita sebenarnya mirip. Salah satunya adalah faktor keturunan atau genetik. So, wahai Kompasianer pria… Bukan menakut-nakuti, tapi ada baiknya menelusuri silsilah keluarga Anda yang pernah terkena kanker payudara—baik lelaki ataupun perempuan. Pemicu kanker payudara lainnya? Obesitas, konsumsi alkohol, dan kurang olahraga. Kendati demikian, sindrom Klinefelter disebut penyebab utama kanker payudara di kalangan pria. Pria yang terlahir dengan sindrom ini, memiliki kans hingga 60 kali lebih besar bakal terjangkit kanker payudara dibanding lelaki-lelaki ‘normal’. Pria penyandang sindrom Klinefelter mempunyai kelebihan kromosom X. Secara sederhana, ‘surplus’ kromosom perempuan pada pria ini berakibat gangguan hormonal, pembesaran payudara tak wajar, dan terhambatnya pertumbuhan kelamin. Seringkali, pria penderita sindrom ini juga kekurangan testosteron dan rentan terhadap kanker paru-paru dan limfoma non-Hodgkin. Sebaliknya, mereka justru lebih resisten dengan kanker prostat. Adil, ya. Hehe… Lalu, bagaimana dengan kehidupan sehari-hari pria penderita kanker payudara ini? Tetangga baik saya, sebut saja Opa Willem, adalah salah seorang survivor kanker payudara.
[caption id="attachment_219725" align="aligncenter" width="600" caption="Foto: cancerworld.org"]
[/caption] Istrinya, Oma Gerda, sudah menganggap saya seperti anak sendiri. Musim panas 2009 lalu, saya mulai curiga ada yang tak beres dengan Opa Willem. Biasanya, begitu matahari hangat bersinar, ia bakal berjemur di kebun belakangnya yang asri atau bertelanjang dada sembari siul-siul menyiangi rumput. Terakhir, ia lebih senang duduk-duduk santai di terasnya mengenakan kaos dan celana pendek. “Kantong kering!” kelakarnya jika bertemu saya. Hingga suatu saat, Oma Gerda berani curhat ihwal kanker payudara suaminya, “Is, si Opa aneh. Bekas lukanya dari jaman perang penuh di sekujur tubuh. Puting kirinya diamputasi kena kanker malah malu. Kami makin jarang ke kolam renang dan kumpul-kumpul. Si Opa risih. Pihak asuransi sebetulnya menawarkan bedah plastik, Opa enggak tertarik.” Mengutip situs Pink Ribbon, perasaan cemas dan terkucil ini lazim. Yayasan Kanker Belanda, Pink Ribbon, juga mencanangkan Oktober sebagai ‘bulan peduli kanker’. Belakangan, yayasan ini pun membentuk semacam wahana sosialisasi bagi pria-pria mantan penderita kanker. Kanker payudara itu bukan lagi isu jender. Pink Ribbon misalnya gencar membagikan selebaran di pub, kelab malam, pusat kebugaran, dan membuat halaman khusus di majalah-majalah populer pria. Tak kenal, maka tak sayang… Salam sadar kanker!
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H