Lihat ke Halaman Asli

Agung Soni

TERVERIFIKASI

Bukan Salah Anak jika Ia Lebih Percaya kepada Pengasuh

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1399953569752461540

Sebuah pesan moral beredar di BBM dengan kisah yang mengerikan dan bisa terjadi pada siapa saja yang mungkin karena terlalu 100% percaya menyerahkan pendidikan anak kepada seorang pengasuh.

"Seorang bocah pria kira-kira berumur 6-7 tahun setiap hari diasuh oleh seorang suster. Ibunya setiap hari bekerja di kantor. Praktis keseharian si bocah bersama susternya itu. Suatu ketika, sang ibu merasa pusing dan tidak enak badan. Ia segera pamit lebih awal untuk pulang ke rumah. Alangkah mengejutkan ketika anak cowoknya itu saat ia pulang dengan polosnya berkata, "Mami pusing ya ? Buka celana aja, nanti aku jilatin. Kata suster kalo lagi pusing , dijilatin sembuh".

Pesan sederhana yang bisa saya tangkap dari kisah ini adalah

1. Anak belum mendapat banyak informasi dan pendidikan yang baik dari orang tuanya. Keseharian anak yang diasuh oleh pengasuhnya menunjukkan kalau suster nya ini memberikan informasi yang keliru dan total fatal akibatnya pada anak. Si bocah tidak memahami bila bagian genital dari dirinya atau orang lain dengan perbedaan jenis kelamin bukan bagian dari permainan anak-anak.

2. Kesalahan dari orang tua yang menyerahkan sepenuhnya kepada seorang suster bukan berarti si ibu bersalah 100%. Karena mungkin tuntutan hidup dan kebutuhan keluarga yang meningkat juga ditambah tidak adanya kehadiran orang dari dalam keluarga sendiri yang bisa menemani anak selama orang tuanya bekerja, membuat anak lebih percaya kepada susternya yang ia temui sehari-hari.

Kenapa saya pribadi tidak menyalahkan ibu dari anak tersebut ?

Bekerja itu hak setiap individu kok. Hanya saja, sang ibu sudah memilih orang yang kurang tepat untuk menjaga anaknya. Seharusnya lebih tepat jika si ibu mencari kan family dekat yang masih terhitung kerabat dan bisa dipercaya menunggu anaknya selagi ia bekerja. Seperti kakek, nenek atau keluarga lain.

Kalaupun ia memilih seorang suster untuk menjaga anaknya, ia harus bisa mencari tahu kebiasaan, sikap dan tindak tanduk asli dari suster itu. Sepertinya susah ya untuk mendapatkan suster yang baik ? Ya kalau begini, jadinya , maka solusi terbaik adalah membawa anak kepada sebuah tempat bermain yang aman. Di perkotaan biasanya ada tempat penitipan anak balita , semacam play group atau kelompok bermain.

Masih khawatir juga ? Ya kembali pada solusi terkahir, Ibu harus mengalah pada situasi kondisi keluarga. Bila suami sudah bekerja, mengapa anak yang harus dikorbankan menjadi kebuasan nafsu syahwat suster nya itu ?. Bukankah lebih baik menjaga anak sendiri dan merawatnya dengan penuh cinta kasih malah akan justru mendatangkan rezeki yang luas dan lebihsempurna. Sementara kebutuhan sehari-hari, bila masih bisa dipenuhi oleh suami, istri ya lebih baik menjaga dan merawat anaknya di rumah.

Ingin tambahan penghasilan ? Ya si ibu bekerja di rumah saja. Membuat warung kecil, misalnya. Menerima jahitan, atau membuat makanan kecil kemudian disetor ke warung sekitar rumah. Dan sekarang saja, banyak peluang bekerja dari rumah untuk ibu-ibu lewat pekerjaan online yang juga tidak kalah menjanjikan.

Ingatlah wahai para orang tua, jika anak berbuat sesuatu yang mengejutkan, maka jangan marahi ia (pesan Kak Seto).
Salahkan diri sendiri dulu. Mengapa sampai terjadi hal buruk seperti ini. Dan solusinya sangat bergantung pada orang tua. Mau dikemanakan anak kita, orang tua berperan besar mengendalikan anaknya sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline