Lihat ke Halaman Asli

Agung Soni

TERVERIFIKASI

"Jual Ginjal" Solusi Absurd Pertaruhan Politik Sampai Tiket Konser

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1402131664155137783

Dalam benak Chandra Saputra mungkin dulu tidak pernah terlintas saat mencalonkan diri sebagai anggota legislatif di daerahnya, Pekalongan Jawa Tengah, akan berakhir dramatis. Mahalnya biaya politik kini terus menghantui kehidupannya. Uang yang dipinjamnya dari rentenir mencapai Rp.420 juta kini hilang sia-sia. Hingga Chandra Saputra pun lari ke Jakarta dengan niat "menjual ginjal" demi bisa menutupi hutangnya itu.

Banyak cerita pahit menghantarkan penulis pada sebuah kenyataan, mengapa manusia sebegitu mudahnya hendak menjual "organ tubuhnya" terutama ginjal demi kepentingan ekonomi finansial ?

Yang bikin geleng-geleng kepala, kemarin ada tweet kurang lebih bunyinya "Mau nonton One Direction, gak punya duit, siapa mau ginjal saya ? "....

Kali ini saya mengajak pembaca untuk intip kegiatan "jual beli ginjal" di media sosial, terutama Facebook dan Twitter. Hal ini penting saya sampaikan, untuk memperkuat alasan saya mengapa "jual Ginjal" adalah permasalahan baru dan bukan lagi menjadi solusi untuk keluar dari jeratan lingkaran setan ekonomi kita.

Kabarnya , satu ginjal manusia dihargai mahal. Dari belasan juta hingga ada tawaran mencapai 2,1 Milyar Rupiah per ginjal. Tapi tidak semudah yang dibayangkan. Karena pendonor harus dalam keadaan sehat dan menjalani serangkaian prosedur test kesehatan. Bukan hal yang mudah, karena menurut beberapa informasi , walaupun pendonor tidak merokok, tidak minum alkohol dan tidak pernah terdeteksi penyakit-penyakit berat, belum tentu ginjalnya cocok buat penerima yang sudah atau akan membayar ginjal pendonor. Ini masih untung-untungan, kata beberapa dokter yang pernah saya tanya. Bahkan maut selalu mengintai buat para pendonor ginjal yang notabene keadaan ginjalnya hanya ada 1 dalam tubuhnya.

Lingkaran setan "Jual Beli Ginjal" hampir mirip dengan lingkaran setan perekonomian. Ada penawaran, ada kondisi kebutuhan meningkat, ada kenaikan harga dan kembali lagi manusia-manusia pelaku jual beli ginjal hanyalah pelaku peradaban ekonomi yang sempit dan kondisional.

Meneropong lebih dalam dengan membaca broadcast yang dipasang para penjual ginjal itu membuat hati miris. Dan beberapa penjual ginjal itu rata-rata berkisar di usia 20 tahun hingga 37 Tahun. Artinya itu adalah usia produktif. Dimana mereka masih bisa memberi makna dalam kehidupan dengan bekerja dan mencari rezeki tanpa harus menjual salah satu ginjal mereka.

[caption id="attachment_341003" align="aligncenter" width="591" caption="Komunitas Jual Ginjal Di Medsos (dok.pri)"][/caption]

Mereka adalah warga Indonesia yang sedang berputus asa. Putus asa karena tidak tahu harus bagaimana mendapatkan uang dan nafkah yang baik, yang tidak mengancam keselamatan jiwanya dan tidak melanggar hukum.

[caption id="attachment_341004" align="aligncenter" width="410" caption="Penawaran Ginjal di Medsos (dok.pri)"]

1402131751476894288

[/caption]

Putus asa mereka sangat naif, bahkan kalau tidak keberatan jauh lebih pantas lebih kental sisi jiwa “pemalas” dan “radikal”nya keputusan mereka dalam posisi kemalasan. Radikal dalam mengambil keputusan yang di luar nalar dan kemanusiaan dengan menjual organ tubuh yang sudah dianugerahkan pada tiap manusia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline