[caption id="" align="aligncenter" width="654" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Kompas Images/Roderick Adrian Mozes)"][/caption]
Berita mengejutkan datang dari Tiger Air Mandala yang mengumumkan penutupannya pada tanggal 1 Juli 2014 kemarin. Setelah sebelumnya ada Batavia Air yang tutup di Januari 2013, Merpati yang tutup pada 31 Januari 2014 lalu, belum lagi ada deretan nama Star Air, Jatayu, Bouraq yang sudah tutup duluan.
Berbagai alasan terungkap kalau ternyata Tiger Air banyak merugi, akibat tidak sepadannya antara pendapatan dari penerbangan dengan biaya operasional yang cukup tinggi. Hal ini diungkapkan Gerry Soejatman, pengamat penerbangan kepada Tempo, 21 Juni 2014. Salah urus dan ketatnya persaingan menambah daftar kesulitan banyak operator penerbangan murah meriah untuk bisa bertahan melayani konsumennya.
Setelah sebelumnya di sebuah media online, indo-aviation.com dikabarkan kalau Paul Rombeek (CEO Tiger Air Mandala) sempat membantah akan ditutupnya Tiger Air. Berita ini beberapa bulan yang lalu, masih sempat penulis membacanya, tapi sekarang sudah tidak bisa diakses lagi, karena berita ini dihapus oleh indo-aviation.com. Mungkin karena khawatir diprotes banyak orang, dianggap tidak konsekuen maka berita itu dihapus dari indo-aviation.com.
Dalam artikel yang dimuat oleh indo-aviation.com disebutkan bila Tiger Airways Holdings Limited asal Singapura selaku salah satu pemegang saham utama maskapai penerbangan Tigerair Mandala akan menjual atau malah menutup maskapai penerbangan tersebut jika tidak ada tanda-tanda perbaikan dalam waktu dekat, karena perusahaan terus merugi sejak diselamatkan dan terbang kembali pada Oktober 2012.
Namun, kabar ini kemudian dibantah oleh Presiden Direktur Tigerair Mandala Paul Rombeek, yang menyatakan bahwa Tigerair Mandala masih mendapatkan dukungan penuh dari kedua induknya, baik itu Saratoga Capital selaku pemilik 51 persen saham maupun Tiger Airways Holdings Limited sebagai pemilik 40 persen saham.
“Saya bisa sampaikan bahwa kami mendapat dukungan yang kuat dari Tigerair Group dan Saratoga sebagai pemegang saham, dan kami juga punya program jangka panjang yang sedang dijalankan. Kedua pemegang saham sudah berkomitmen mendukung perusahaan dalam jangka panjang. Kami juga percaya masih ada ruang untuk tumbuh di industri penerbangan Indonesia,” ujar Paul Rombeek, seperti dikutip dari detikFinance, Senin (3/3/2014).
Selain membantah kabar penutupan Tigerair Mandala oleh Tiger Airways Holdings, Paul Rombeek juga menegaskan bahwa Tigerair Mandala terus berkomitmen untuk mengembangkan usahanya di Indonesia, apalagi pasar penerbangan di negara ini masih sangat menjanjikan.
Tiger Airways Holdings Limited merupakan perusahaan asal Singapura yang membawahi sejumlah maskapai penerbangan berbiaya rendah, yaitu Tigerair, Tigerair Australia, Tigerair Mandala, dan Tigerair Philippines. Sebelumnya Tiger Airways Holdings Limited telah menjual Tigerair Australia kepada Virgin Australia dan Tigerair Philippines juga dijual kepada Cebu Pacific. Sekitar 40 persensaham Tiger Airways Holdings Limited dikuasai oleh Singapore Airlines.
Maka bisa kita pastikan dari beberapa maskapai yang tidak bisa menutupi banyak kerugian yang ditanggung perusahaan akibat rendahnya pendapatan akan terus semakin bertambah. Beberapa yang sudah ditutup memberi kesan dan pesan kuat kepada kita jika persaingan antar maskapai penerbangan sangatlah ketat.
Ditambah aturan regulasi dari pemerintah yang memberatkan dengan memberi aturan pelarangan menaikkan harga tiket pesawat. Padahal biaya operasional semakin membengkak akibat naiknya harga avtur hingga mencapai kenaikan 50% dan melemahnya nilai tukar rupiah yang disusutkan 21% pada tahun 2013 membuat kalang kabut perusahaan penerbangan cita rasa murah ini.