Lihat ke Halaman Asli

Agung Soni

TERVERIFIKASI

Perempuan-perempuan Perkasa Bali di Malam Hari

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1411231148255676452

Malam ini saya sedang berada di tengah Pasar Badung, Denpasar. "Bli, suun ya?", lirih perempuan tua itu sambil mencolek lenganku yang sedang menjinjing belanjaan istri. "Umi, bagaimana ni?" tanya saya pada istri. "Kasih saja, Abi. Kasihan, nenek-nenek.", bisik istriku sambil mengangguk.

Sebenarnya belanjaan sayur, sedikit buah belum terlalu berat saya jinjing. Hanya rasanya iba melihat seorang nenek yang memasang wajah melas meminta agar jasa "suun" nya dipakai kami.

Suun adalah jasa membawa belanjaan pasar yang dimasukkan kedalam  keranjang dan dibawa dengan cara menaikkan keranjang di atas kepala seorang tukang suun. Biasanya para perempuan yang lebih banyak melakukan pekerjaan tukang suun di Bali. Bahkan belum pernah saya melihat seorang tukang suun adalah laki-laki. Boleh dibayangkan dan dicoba, jika anda membawa keranjang bambu yang isinya belanjaan pasar sampai tinggi keranjang ada yang mencapai 1 meter dari kepala tukang suun. Berat Sekali !

[caption id="attachment_360473" align="aligncenter" width="535" caption="Bu Nengah Tika, Tukang Suun Asal Karangasem (dok.pri)"][/caption]

Ini terasa berat karena saat hendak dinaikkan ke atas kepala, saya membantu memegang suun nya dan menaikkannya ke atas kepala. Wuihhh.. berat sekali. Tidak salah deh  kalau saya menjuluki ibu-ibu, mba-mbak dan nenek-nenek asli Bali ini sebagai perempuan-perempuan perkasa yang tegar menjalankan profesinya.

Itu keranjang disunggi (disuun) sambil mengikuti kami belanja sampai agak jauh juga lho jalannya !  Dan salutnya wah si ibu gak pakai acara ngos-ngosan lagi. Hebat..hebat. mungkin sudah terbiasa ya..?

[caption id="attachment_360477" align="aligncenter" width="621" caption="Pasar Badung, Denpasar (dok.pri)"]

14112316351836101809

[/caption]

Usianya saya taksir sekitar 40 tahunan. Ia menyebut dirinya "Nengah Tike". Asal dari Kubu, Karangasem. Kubu ?? Ingatan saya pun melayang pada pemberitaan di media massa yang menyebut kalau daerah Kubu di Karangasem sama dengan daerah Gunung Kidulnya Yogyakarta tahun 80-90 an yang panas dan kering. Iya Kubu adalah desa yang sangat miskin di Pulau Bali. Dan hampir banyak pemberitaan media massa kalau orang-orang asli Kubu hampir tinggal sedikit saja yang mau bekerja di Kubu. Banyak yang migrasi ke kota. Kekeringan dan kemiskinan yang parah sudah dialami banyak warganya selama bertahun-tahun.

Sementara istriku sedang sibuk memilih sayur, saya sempat sedikit terbelalak. Karena tiba-tiba dari arah depan , seorang nenek-nenek tukang suun membawa keranjangnya penuh dengan sayur yang basah. Jadi memang, konsumen tukang suun bukan hanya dari orang yang belanja saja, tapi juga ada dari para pedagang yang kewalahan membawa barang dagangannya sendiri.

Di belakang nenek itu, ada seorang gadis muda juga menjadi tukang suun. Tapi yang dibawa gadis ini bukang keranjang belanjaan orang, tapi karung goni berisi beras 25 kilogram !

Kembali kepada Bu Nengah Tike yang sedang mengikuti kami. " Saya suda 7 tahun di Denpasar. Suami juga tidak tahu kemana. Saya hidup bersama seorang anak. Dia manjanya sama nenek dan bapaknya." kata bu Nengah sambil ketawa kecil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline