Lihat ke Halaman Asli

Menggembirakan Orang Lain

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Selesai Perayaan Ekaristi tadi pagi, saya menikmati sarapan di pastoran. Saya sedikit kesal karena kemarin lupa memberi roti untuk sarapan. Jadi sarapan tanpa roti rasanya kurang lengkap, bagaikan sayur tanpa garam, malam tanpa bintang, sendok tanpa garpu dan kata orang muda, bagaikan hidup tanpa cinta, Mmmm mantap….. Tiba-tiba seseorang membel pintu. Antara jengkel dan sebel kubuka juga pintu dan kemudian saya melihat dua anak yang masih kecil sedang membawa bungkusan.

Heran dan bercampur ingin tahu, saya sapa anak kecil itu, “Selamat pagi, apa yang ingin saya perbuat untukmu? Ini sapaan hangat dan penuh persaudaraan yang selalu saya ucapkan bila seseorang datang kepada saya. Salah satu dari anak itu mengatakan, “Pastor ini adekku dan kami datang menawarkan roti ini untuk pastor beli. Langsung saya berkata dalam hati, “Baik sekali Engkau ya Allah. Engkau tahu bahwa hambamu ini butuh roti untuk sarapan, dan Engkau mengutus anak yang manis ini membawanya.”

Dengan senang hati kusambut tawaran yang menggembirakan itu. Namun sebelumnya saya bertanya lagi, “Kog tumben kalian menjual roti dan pergi ke rumah-rumah ?. Di sinilah muncul jawaban polos yang sangat mengagumkan. “Kami ada lima bersaudara dan abang kami yang tertua akan merayakan hari ulang tahunnya minggu depan. Jadi kami patungan untuk mengumpulkan uang untuk membeli hadiah istimewa di hari jadinya. Kami akan membeli mobil-mobilan yang pake remote control. Saya sungguh terharu atas paparan yang lugu, polos dan jujur ini.

Benar, saya butuh roti untuk sarapan, namun lewat “kesadaran” anak-anak itu, saya juga mendapat suatu nilai hidup yang sangat dalam, MENGGEMBIRAKAN ORANG LAIN. Saya merasa malu karena anak yang polos itu mengajari dan menasehati saya untuk selalu peduli dan peka akan orang lain. Kalau sejak dini mereka sudah dIdidik untuk mengembangkan sikap bertanggungjawab, saya yakin nilai luhur ini akan selalu hidup dalam hati sanubari mereka. Akhirnya karena rasa kagum, saya beli beberapa roti itu dan uangnya pun saya kasih lebih.

Saudara-I terkasih dan teman-teman sekalian. Salah satu panggilan kita sebagai orang Kristen ialah membawa kegembiraan, kedamaian dan keteduhan bagi orang lain. Kita tidak usah berpikir muluk-muluk bagaimana mewujudkannya dalam hidup harian kita. Kita juga tidak perlu capek-capek merancang suatu cara yang spektakuler untuk merealisasinya. Kata-kata yang teduh, damai, lemah lembut, sopan santun dari mulut kita adalah cara sederhana namun bermakna. Dan bukan sebaliknya kata-kata, kotor, kasar, marah yang tak terkontrol, apalagi kutukan.

Membawa kegembiraan bagi orang lain bukanlah sulit dan mahal. Yang sulit ialah bagaimana kita menumbuhkan rasa peduli dan peka dalam hati kita, serta memupuk dan memeliharanya sehingga itu bertumbuh dan akhirnya berbuah. Sedikit dari kekuranganmu, ditambah sedikit dari kekurangan orang lain, dan dikalikan dengan sepuluh dari kekurangan orang lain lagi (PATUNGAN), hal itu akan mampu menggembirakan mereka-mereka yang sangat membutuhkan.

Semoga kisah anak kecil di atas mewarnai hati kita, dan memacu sehingga kita pelan namun pasti, mampu membawa kegembiraan bagi orang lain. Ketika kamu mampu membawa kegembiraan bagi mereka, maka kamu telah mengambil bagian dalam misi pewartaan Yesus yang membawa damai, kegembiraan dan suka cita bagi semua orang. Semoga.
Sumber: Yosafat Ivo Ofm Cap | MENGGEMBIRAKAN ORANG LAIN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline