Lihat ke Halaman Asli

Takas T.P Sitanggang

Mantan Jurnalist. Masih Usahawan

Cerpen | Lampu Menjelang Pernikahan

Diperbarui: 29 Juli 2018   19:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tak pernah menduga hal ini akan menjadi kendala. 

"Aku ingin nanti ketika kita sudah menikah dan tidur sekamar, lampu tetap menyala ketika kita tidur," ujarnya pelan. 

Aku terkesiap. "Maap, kau bilang apa?" aku tak yakin dia benar-benar berkata demikian. 

"Aku ingin nanti ketika kita sudah menikah dan tidur sekamar," dia mengulangi ucapannya. Kali ini lebih pelan dan diberi penekanan. "Lampu tetap menyala ketika kita tidur."

"Lampu tetap menyala ketika kita tidur?" tanyaku yang tak percaya pada apa yang akan terjadi di sepanjang hidupku pada malam-malam tidurku nanti.

"Ya. Kenapa kau kaget?" 

"Kenapa lampu harus menyala?"

"Karena aku tidak bisa tidur jika lampu dimatikan."

"Apa itu namanya tidak pemborosan listrik?"

"Biarlah. Yang penting aku bisa tidur nyenyak," jawabnya, enteng. Dia kemudian  memperhatikan wajahku yang tampak cemas. "Apa kebiasaanku ini terdengar aneh?"

Aku tak menjawab. Sebab pikiranku benar-benar tengah diserang rasa cemas. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline