Lihat ke Halaman Asli

Tajullail Dasuqi M.

Selain mengaji juga menulis puisi

Puisi | Carok

Diperbarui: 28 Februari 2017   09:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

I

Bukan tanah, rumah, tambak atau sapi yang ayah warisi,
ia hanya mewarisi besi putih serupa bulan sabit
yang sejak lama bergelantungan di atas pintu rumah. 

Sejak aku berumur sepuluh tahun,
Paman dengan tekunnya mengajariku
bagaimana caranya memegang hulu besi serupa bulu ayam itu
dan mengibas-ngibaskannya dengan benar. 

Paman sangat senang jika mendengar sang pewaris
menang dalam perkelahian di sekolah. 

Di usiaku yang genap duapuluh tahun
Paman membisikiku dengan lirih: 

“Ada satu nama di pundakmu yang
harus kau robek perutnya
atau kau putus urat nadi lehernya”. 

II

Kali ini aku di tunjuk menjadi lakon  
di panggung pertunjukan budaya. 

Terdengar suara genderang dari jantung ibu
mengiringi langkahku keluar dari belakang panggung,
tiba-tiba suasana menjadi senyap dan gelap
hanya ada sorot lampu yang menyinariku
dan kilat celurit yang menusuk-nusuk mata para penonton,
lalu kukibas-kibaskan celurit pada tanah
berharap bangkaiku kembali diterima-Nya 

Kemudian di ujung besi putih bulu ayam itu
kutanggalkan dua tanda tanya:
hidup atau mati?
terhormat atau malu?

(2017)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline