Lihat ke Halaman Asli

Ia bukan Pernyataan Penyair

Diperbarui: 23 Mei 2016   12:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jika kita perhatikan mu'jizat-mu'jizat yang diturunkan kepada para Nabi maka ia akan disesuaikan dengan kondisi ummat-ummat yang dihadapi oleh mereka. Contohnya di zaman Nabi Musa di mana kemajuan teknologi per-sihiran yang begitu maju dan pesat, maka Allah memberikan mu'jizat kepada Nabi Musa berupa sesuatu yang bisa mengalahkan sihir-sihir mereka yang sebenarnya hanya tipuan semata. Namun mu'jizat yang diturunkan Allah itu berupa sesuatu yang  nyata tongkat berubah menjadi ular sungguhan yang memakan ular-ular 'bohongan' milik para tukang sihir tadi.

Dilihat dari maknanya kata mu'jizat ada sesuatu yang melemahkan   orang yang melihat atau menyaksikannya, bahwa ia tidak akan bisa membuat yang seperti itu. Ia berasal dari kata (أعجز -يعجز) yang berarti melemahkan.

Dari situlah maka para tukang sihir Fir'aun pun beriman kepada Nabi Musa atas bukti nyata yang diberikan Allah. Anehnya raja mereka tetap 'keukeuh' tidak mau beriman, kira-kira apa ya penyebabnya?

Jauh  setelah masa Nabi Musa -'alahissalam- tibalah masa di utusnya Rasul  terakhir Muhammad -shallallahu 'alahi wa sallam-, dimana beliau waktu  itu di utus kepada kaum yang memiliki keistimewaan dengan bahasa yang  mereka miliki. Pada masa itu adalah masa kejayaan para penyair dengan  berbagai macam syair-syair gubahannya mulai dari syair yang bergenre  madh (pujian), hija' (hinaan), ritsaa' (ratapan kematian), wasfh  (diskripsi) dan lain-lain. Bahkan waktu itu dikenal pasar Ukadh, suatu  pasar khusus yang dijadikan sebagai ajang adu syair antara para penyair  ulung semisal Zuhair bin Abi Sulma, 'Antarah, An-Nabighah Ad-Dhubyani,  Tharafah Ibnul 'Abdi, Hatim At-Tha'i, Umru'un Al-Qais dan lain-lain.

Di tengah kondisi tersebutlah Rasulullah -shallallahu 'alahi wa sallam-  berjuang, dan sebagaimana Nabi dan Rasul sebelumnya, beliau pun  dikarunia suatu mu'jizat yang kekal abadi sampai saat ini yaitu  Al-Qur'anul Karim. Secara keseluruhan semua isi dari Al-Qur'an adalah  mu'jizat, dan jika diperinci banyak sisi-sisi kemu'jizatan ini. Di antara sisi kemu'jizatan Al-Qur'an itu antara lain : I'jaz tasyri'i  (kemu'jizatan syari'at yang diturunkan), I'jaz 'Ilmi (kemu'jizatan dari  sisi kandungan ayat kauniyah yang sesuai dengan ilmu pengetahuan yang  telah terbukti) juga I'jaz lughawi (kemu'jizatan dari sisi bahasa).

Bagian terakhir inilah yang secara jujur harus diakui semua pihak baik  dari kalangan jin dan manusia, sampai sekarang masih belum ada yang bisa  menjawab tantangan yang diberikan Al-Qur'an 14 Abad lebih yang lalu.

'Korban' pertama dari I'jaz Lughawi dari Al-Qur'an adalah kaum yang  dihadapi secara langsung oleh Nabi Muhammad -shallallahu 'alahi wa  sallam- sendiri, yaitu kaum Quraisy. Dengan se-'abreg' kelebihan  kemampuan bahasa yang mereka miliki namun tidak ada salah seorang pun  yang mampu menjawab tantangan Al-Qur'an untuk mendatangkan yang semisal  dengannya. Bahkan meskipun tantangan itu diperingan dari mulai tantangan  mendatangkan 10 surat, kemudian 1 surat bahkan diperingan lagi dengan  mendatangkan ucapan yang semisal dengannya.

 Tantangan-tantangan  tadi tidak mampu mereka jawab, padahal bahasa yang digunakan Al-Qur'an  adalah bahasa yang mereka pakai sehari-hari, bukan bahasa asing, mulai  dari huruf-huruf yang digunakan, susunan kata, kalimat maupun gaya  bahasa yang digunakan.

 Contohnya di dalam Al-Qur'an terdapat  huruf-huruf muqattha'ah (potongan huruf) yang terdapat pada awal  beberapa surat, seperti Alif-Laam-Miim (المَّ) , Yaa-Siin (يس), Thaa-haa  (طه) dan lain-lain. Dimana meskipun potongan huruf tadi diambil dari  bahasa Arab namun mereka belum pernah mendengar rangkaian seperti itu  sebelumnya.

 Dan harus jujur diakui pula, sebenarnya para  pembesar Quraisy waktu itu dalam hati mereka banyak yang mengakui hal  ini. Bahwa tidak mungkin kalimat-kalimat tadi adalah buatan Nabi  Muhammad -shallallahu 'alahi wa sallam- semata.

Salah satu  buktinya adalah sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Ibnu 'Abbas  bahwasanya Al-Walid Ibnul Mughirah (ayah dari Khalid bin Walid) -yang  merupakan pimpinan tertinggi kaum kafir Quraisy waktu itu- pada suatu  hari ingin mendengar secara langsung dari Nabi -shallallahu 'alahi wa  sallam- ayat-ayat Al-Qur'an yang diturunkan kepada beliau.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline