Lihat ke Halaman Asli

Uang Gratis

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Seperti kebiasaan sebelumnya.Aku akan bangun pagi-pagi sekali.Beres sana,beres sini.Tapi tak seperti kebiasaan pagi seperti dulu,hari ini aku benar-benar malas untuk keluar rumah .Mungkin karena hari ini adalah hari minggu.Tapi meski aku malas untuk keluar rumah,aku masih menyempatkan diri untuk menengok lewat jendela.Mungkin hanya sekedar untuk menerka- nerka akan cuaca dihari ini.Langit bersih,mungkin akan ada harapan bahwa hari ini cerah.Tapi akan ada juga kemungkinan mendung akan datang tiba-tiba .Karena ini masih bulan penghujan,cuaca akan cepat berubah.

Tapi sekonyong-konyong,meski bukan dikejauhan.Tapi ada serombongan orang-orang berjalan diujung jalan menuju kerah sana.Aku jadi heran dengan rombongan yang diluar kebiasaan itu.Pagi-pagi sekali,yang aku saja masih belum mandi.Ada rombongan orang banyak menuju kearah sana.Kulihat mereka rata-rata sudah berumur lima puluh tahunan keatas.

Aku sempat berpikir,mau kemana mereka.Ada kegiatan apa?Aku tak mendengar bahwa hari ini akan ada warga dikecamatan ini yang melangsungkan hajatan perkawinan.Aku sempat mengucapkan pertanyaan pagi-pagi sekali banyak orang ,pada mau kemana.Tapi cepat pertanyaan itu aku jawab sendiri.Hari ini akan ada pembagian uang BBM.Cepat otakku merespon ketika aku teringat akan omongan warga yang aku dengar sekilas lewat.Itu pun yang aku dengar adalah tentang uang enam rtus ribu.

Saudara ku menyebut itu bukan lagi pembagian uang BBM seperti jaman SBY.Tapi kali ini semacam uang tunjangan.Ah peduli benar akan sebuah penyebutan.Aku sudah begitu nyaman dengan penyebutan uang BBM.Ini,pemandangan seperti ini,seperti yang sudah lewat-lewat waktu yang telah lalu.Jika pagi-pagi sekali jika ada orang-orang bergerombol kearah sana pasti mereka akan mengambil uang jatah BBM.Itu lah yang sering aku ucapkan.

Pasti hari ini didepan rumahku yang kebetulan dekat dengan kantor kecamatan.Pasti akan ada pemandangan orang-orang ramai berjalan menuju kantor kecamatan.Ada yang berjalan sendirian,berdua,bertiga, bahkan ada yang pakai rombongan.Itu pasti dari desa-desa yang letaknya agak jauh dari kantor kecamatan.

Meski kami bukan dari keluarga yang berkecukupan,tapi kami tak pernah menerima dana-dana,yang sangat nyaman aku menyebutnya uang BBM.Tapi seandainya kami diikut sertakan untuk mendapatnya,mungkin saya akan tetap menolak.Karena aku takut akan memakan uang yang benar- benar bukan hak kami.Dan kami masih tidak memerlukannya.Karena perut kami selalu kenyang.

Tapi mulutku yang nyinyir dan suka usil,masih saja mengucapkan.Pantesan saja pagi-pagi ramai sekali orang lewat.Dikampung ini,mungkin juga dinegeri ini,jika itu masalah dapat uang gratis,takkan mau ketinggalan.Semua seakan -akan mau mendapatkannya.Mereka akan selalu memperhatikannya.Kalau perlu,seandainya jam empat subuh habis bangun dari tidur langsung saja berangkat.

ITU URUSA MEREKA.MEREKA MAU MENGAMBIL HAK HAK MEREKA

Aku lihat banyak orang orang yang lewat didepan rumah kami menuju kekantor kecamatan.Mungkin didepan kantor kecamatan sudah banyak yang menunggu antri.Mungkin juga sudah seperti pasar seperti tahun yang sudah-sudah ketika pembagian uang BBM.

Aku melihat wajah-wajah mereka benar-benar wajah yang berhak untuk mendapat kan uang gratis.Tapi bukan saja mulutku yang suka usil.Tapi hatiku juga suka usil.Mungkin saja wajah mereka akan dibuat-buat seperti wajah yang sepantasnya mendapatkan.Jalan mereka juga dipantas-pantaskan.Padahal dihati mereka sumringahnya minta ampun akan mendapatkan uang yang hingga detik ini aku masih menyebutnya sebagai uang BBM.

Lihat baju-baju mereka,yang medapatkan uang BBM itu.Baju mereka bagus-bagus.Bahkan bajunya seperti baju artis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline