Lihat ke Halaman Asli

Fomo pada Perempuan: Antara Tekanan Sosial dan Kebutuhan diri

Diperbarui: 31 Agustus 2024   11:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Di tengah kemajuan teknologi dan media sosial, fenomena Fear of Missing Out (FOMO) semakin dominan dalam kehidupan banyak orang, terutama perempuan. Bagi banyak perempuan, FOMO menjadi masalah kompleks yang menciptakan ketegangan antara tekanan sosial dan kebutuhan diri yang mendalam. FOMO sering dikaitkan dengan media sosial, di mana seseorang mungkin merasa tertekan untuk terus mengikuti apa yang terjadi di kehidupan orang lain, karena takut kehilangan sesuatu yang penting atau menyenangkan. Fenomena ini bisa mempengaruhi kesehatan emosional dan mental serta menimbulkan stres atau kecemasan.

FOMO merupakan kekhawatiran seseorang bahwa orang lain sedang melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan daripada atau tanpa dirinya, dimana perasaan tersebut dipicu oleh pembaharuan (update) aktivitas orang lain melalui media sosial (Przybylski, Murayama, DeHaan & Gladwell, 2013).

Tekanan Sosial yang Menghimpit

Di era digital, kehidupan kita sering kali terpapar melalui lensa media sosial. Media sosial seperti Instagram, Facebook, dan TikTok menampilkan kehidupan yang terlihat sempurna dari teman-teman. Postingan tentang liburan mewah, pernikahan indah, pencapaian karier, atau sekadar momen kebahagiaan kecil dapat menimbulkan kecemasan dan ketakutan akan ditinggalkan.

Situs media sosial telah menjadi faktor yang berkontribusi besar terhadap sensasi FOMO. Sehingga orang-orang menciptakan perasaan dan emosi negatif melalui situs media sosial karena mereka iri terhadap postingan dan kehidupan orang lain. Media sosial telah menciptakan tempat yang mudah diakses dan pusat bagi orang-orang yang update untuk mencari tahu apa yang dilakukan orang lain pada saat itu.(Setiawan Akbar, Rizki. Aulya, Audry. Apsari, Adra. Sofia 2018)

Perempuan khususnya sering kali terkena sasaran tekanan sosial yang intens di media sosial. Mereka mungkin merasa perlu memenuhi standar tertentu dalam hal kecantikan, kebugaran, gaya hidup, dan prestasi. Ini diperburuk oleh budaya yang sering kali menilai perempuan berdasarkan penampilan fisik atau status sosial. Akibatnya, banyak Perempuan merasa bahwa mereka harus selalu tampil sempurna dan mengikuti tren terbaru untuk diterima dan dihargai oleh lingkungan mereka.

Tekanan ini juga datang dari lingkungan sosial yang lebih luas, seperti keluarga, teman, dan tempat kerja. Ekspektasi untuk menikah pada usia tertentu, memiliki karier yang sukses, atau menjadi ibu yang sempurna dapat meningkatkan perasaan FOMO. Ketika melihat orang lain yang tampaknya telah mencapai semua itu perempuan bisa merasa tertinggal atau tidak cukup baik.

Dampak Psikologis FOMO pada Perempuan

FoMO dapat memiliki dampak negatif pada kesejahteraan psikologis individu yang mengalami kecanduan media sosial. Rasa takut dan kecemasan yang muncul akibat perasaan ketinggalan dapat memengaruhi tingkat stres, ketidakpuasan, dan depresi. (Sachiyati, Yanuar, and Nisa 2023) Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Primack et al. (2017), menunjukkan adanya hubungan antara kecanduan media sosial dengan peningkatan risiko depresi, kecemasan, dan stres. Pengguna yang kecanduan media sosial dapat merasa cemas atau tertekan jika mereka tidak dapat mengakses Platform tersebut atau tidak menerima cukup perhatian dari pengikut mereka. Penurunan kualitas tidur yang buruk karena terlalu sering mengakses Platform pada malam hari.

Ketergantungan pada media sosial dapat membuat perilaku ke arah yang negatif, Subathra, Nimisha & Hakeem (2013) menyebutkan bahwa ketergantungan ataupun kecanduan dapat menjadikan melakukan kegiatan seseorang yang tertentu secara berulang-ulang serta dapat berakibat berbahaya dan fatal.

Dampak FOMO terhadap kesehatan mental tidak bisa diabaikan. Bagi banyak perempuan, merasa tertinggal dari kehidupan orang lain bisa memicu berbagai masalah psikologis, seperti kecemasan, depresi, dan penurunan harga diri. Perasaan ini sering kali dipekuat oleh perbandingan terus-menerus dengan orang lain, baik yang dikenal maupun tidak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline