Lihat ke Halaman Asli

Pelumas Ambon

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Lelaki kurus kerempeng itu terpaksa merogoh Rp20.000 untuk membayar anak-anak bilangan Pantura supaya mendorong mobilnya yang tiba-tiba mogok. Dia baru saja mengantar barang, limbah kertas ke wilayah Cirebon, Jawa Barat dari Jakarta kemudian kembali pulang. Tau- tau, oli atau pelumas mobilnya kering.

Lelaki kurus kerempeng itu lalu memarkir mobil, tentu dengan didorong oleh anak-anak muda tadi ke sebuah warung sepelemparan batu itu. "Kenapa mobilnya Mas?" Tanya si empunya warung penasaran. "Oli kering kayaknya Pak," jawabnya. "Kalau oli kering mah gampang, besok saya ajarin." "Wah jangan gampang-gampang aja Pak, saya pulang ke Jakarta nih," balasnya. "Tunggu saja besok pagi, sekarang sudah malam, menginap di sini saja dulu Mas." Lelaki kurus kerempeng itu bergumam dalam hati, bagaimana nasibnya malam itu. Mobil pikap yang dibawa itu punya bos, bukan mobil sendiri, ada amanat yang mesti dijaga. Kalau dia bertahan sementara perasaan khawatir berdenyar dalam pikirannya. "Kalau saya tidur di mobil, duh nanti kalau leher saya digorok gimana yah, mana sepi, jarak tiap warung lumayan. Mobil yang lewat di jalanan depan warung pun jarang," gumamnya.

Lelaki kurus kerempeng itu bertaruh dengan nasib. Ia pun bergegas ke bale-bale bambu di samping warung kelontongan itu. Ia lalu merebahkan diri. Tas kecil berisi dompet dan perlengkapan mobil termasuk STNK masih dibekap di dada. Ia mencoba memejamkan mata, tapi seakan menolak. Ia memandang mobil Grand Max Pick-up. "Ah adu-adu nasib dah, gw tidur dah ah."

Lelaki kurus kerempeng itu lalu bangun pukul delapan pagi. Mulai mengumpulkan nyawa, ia mengecek tas. Tasnya raib, ternyata tasnya terjatuh di bawah bale-bale. Dicek sebentar, alhamdulillah semua komplit. Ia menghampiri etalase warung. "Bu, bapak ke mana? Tanyanya. "Bapak ke pasar Mas." "Waduh, gimana ya saya nih. "Kata Bapak, wis nunggu bae Mas." Lelaki kurus kerempeng itu makin gusar. Bagaimana cara membawa mobil kembali ke Jakarta. Handpone-nya pun tak bisa untuk panggilan keluar, hanya bisa mengharap dihubungi. Tapi bunyi telepon yang diharapkan tak jua memanggil.

Sejurus kemudian, si Bapak pemilik warung tiba. Dia membawa tiga sisir pisang ambon Lelaki kurus kerempeng itu pun makin penasaran untuk apa tiga sisir pisang itu. "Coba buka kapnya Mas," perintah Bapak itu sembari menyuruh membuka tutup oli. Keduanya pun sibuk mengupas kulit pisang, mengambil isinya seperti hendak menyantap buah lonjong panjang itu. Satu persatu buah pisang dijejali masuk ke tempat oli sampai penuh.

Lelaki kurus kerempeng itu lalu masuk ke mobil, menyalakan starter. brrmmm...brmm,,..,mobil nyala. Dari knalpot ternyata tak ada asap keluar. Lazimnya bila kekurangan oli, asap pun mengebul dari knalpot. Selama satu jam mobil dipanaskan dengan mengandalkan pelumas campuran pisang ambon tadi. Setelah itu mobil dimatikan. Lelaki kurus kerempeng itu kemudian mengambil lidi untuk mengecek kadar oli. Tak diduga, oli kental layaknya baru diisi oleh oli baru. "Wah kayak baru nih oli Pak." "Pan saya bilang, tenang aja. Nanti kalau udah sampe pom bensin, isi setengah lagi oli, kamu bayar saya aja Rp20.000." "Makasi ya Pak, wah baru tahu saya bisa pakai pisang, hehehe."

Lelaki kurus kerempeng itu lalu pamit. Tiba di pom bensin, saran dari si bapak diikuti. Ia sampai ke Jakarta dengan selamat. Dia bercerita bahwa trik oli pisang itu sudah dipakai oleh beberapa diler mobil bekas untuk mengelabui calon pembeli. Itu cara untuk menjaga marjin keuntungan lebih besar karena efisiensi biaya pelumas. Beberapa trik lain kalau mobil agak terkelupas ditempelin stiker lalu di-brush sesuai warna bodi mobil. Tapi lelaki kurus kerempeng ini jadi tahu fungsi lain dari pisang. Lelaki kurus kerempeng ini bernama Yanto, supir langganan keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline