Oleh Tabrani Yunis
Air mata darah memerahkan kayan
Mengalir deras ke lautan
Mengucur dari mata air perjuangan
Orang-orang mempertahakan tanah kehidupan
Riuh rusuh suara tangis dan ratapan
Kala rumah dan tanah harus dikosongkan
Tak peduli anak-anak pemilik masa depan
Generasi emas yang diharapkan
Tenggelam dalam kekerasan
Suara-suara parau menghalau perampasan
Menghadapi wajah-wajah sangar menakutkan
Anak-anak bangsa saling menyerang berhadapan
Perang saudara menjadi pilihan
Lemparan -lemparan batu berjatuhan
Berbalas gas air mata dan pentungan
Menyerang rakyat nan kehilangan masa depan
Lumpuh dilumat kekuasaan
Rempang adalah kesejahteraan yang tergadaikan
Menggantung-gantung janji keadilan
Hingga lupa ditelan harapan
Kebahagiaan jelata hanyalah impian
Dengarlah suara -suara rakyat bergemuruh
tenggelam diamuk gelombang kepentingan
Riak-riak kecil waduk Sei Rempang bukan lagi taruhan
Ombak-ombak angkara murka adalah ancaman
Rempang adalah bingkai wajah retak
Tempat kita berkaca menatap jejak
Menampilkan wajah buruk penuh bercak
Orang-orang menjerit kehilangan hak
Dirampas tangan-tangan para pemalak
Lara mengelupas dalam teriak
Ratap dan tangis pun tak terelak
Nurani memang harus bijak
Agar rakyat tak terinjak- injak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H